yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Blunder Socmed

by yuswohady February 25, 2012
February 25, 2012

Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan, raksasa nasional hingga UKM, yang mulai getol menggunakan blog, Facebook, dan Twitter untuk memasarkan produkya. “Hari gene nggak punya Facebook?” “Itu namanya katrok! Itu namanya nggak keren, nggak cool, nggak awesome!” Celotehan ini tak hanya berlaku untuk ABG, tapi juga untuk perusahaan dan brand. Ada perusahaan yang serius memanfaatkan media sosial (socmed) hingga menyiapkan tim khusus, tapi banyak pula yang hanya sekedar punya, agar nggak dibilang jadul atau gaptek.

Tapi celaka tigabelas! Saya melihat, sebagian besar perusahaan dan brand itu memanfaatkan socmed secara tidak pas, bahkan kurang pada tempatnya. Berikut ini adalah beberapa blunder socmed.

It’s Another Vertical Media
Blunder pertama adalah, mereka menganggap Facebook dan Twitter adalah sama dengan media vertikal lain seperti TV, radio, atau surat kabar. Karena itu, yang mereka lakukan adalah nge-blast iklan ke teman Facebook atau follower di Twitter. Mereka berpikir, ketika mereka memiliki puluhan ribu teman/followers maka dengan seenaknya mereka bisa “menjejali” teman/followers itu dengan pesan-pesan iklan yang memuakkan.

Mereka tidak sadar bahwa platform pemasaran melalui socmed adalah horizontal yang bersifat permission-based, bukan interuption-based seperti halnya iklan TV atau radio (cek buku saya: CROWD: Marketing Becomes Horizontal). Ketika seseorang sudah memutuskan untuk menjadi teman/followers sebuah brand, maka itu sebuah kepercayaan dan amanah yang harus dijaga oleh brand. Jangan sampai amanah itu “disalahgunakan” dengan memanfaatkan mereka sebagai “obyek penderita” sasaran pasar brand Anda. Dan karena itu, kemudian dengan seenaknya Anda bisa membombardir mereka dengan spam dan pesan-pesan iklan.

Apa “hukuman” yang mereka jatuhkan karena penyalahgunaan amanah tersebut? Yang agak ringan mereka akan menganggap brand Anda selfish dan mencap sebagai spammer. Yang paling fatal Anda di-unfollow atau tak lagi dijadikan teman.

It’s One Way
Blunder kedua adalah, mereka menganggap Facebook dan Twitter adalah media satu arah (one way). Kekuatan utama socmed adalah karena media baru ini memungkinkan brand dan konsumennya melakukan komunikasi dua arah (two way) atau istilah kerennya, conversation dan engagement. Inilah keunggulan utama yang dimiliki socmed dibandingkan TV, radio, atau koran. Karena media dua arah, maka marketer harus memanfaatkannya secara proper untuk menjalin hubungan dua arah: Tak hanya brand yang nerocos jualan produk, tapi si brand juga harus mendengarkan (listen) dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada konsumen untuk curhat ke brand.

Saya banyak menemui brand yang kerjaannya hanya nerocos kepada teman/followers-nya tapi tidak pernah mau mendengarkan dan merespons ocehan mereka. Alasannya macam-macam. Ada yang bilang, sudah kebanyakan teman/followers sehingga kerepotan kalau menanggapinya satu-persatu. Ada yang bilang tidak punya waktu karena kesibukan. Ada yang bilang, jaim alias sok selebriti, karena kalau terlalu dekat dan banyak hal diketahui mereka, koreng-koreng kelihatan, citra jadi jatuh.

Dengan tidak melakukan conversation dengan konsumen di Facebook dan Twitter, maka sesungguhnya Anda kehilangan sebuah kesempatan emas. Kesempatan emas untuk membuka diri Anda kepada mereka. Kesempatan emas untuk mengetahui lebih banyak dunia mereka. Kesempatan emas untuk membuka saling pengertian (understanding) dan saling percaya (trust). Socmed adalah media yang memungkinkan Anda telanjang bulat di depan konsumen; dan sebaliknya konsumen telanjang bulat di depan Anda. Dengan saling bertelanjang bulat brand bisa siap “bersetubuh” dengan konsumennya… hmmm.

We Can Buy Friends
Blunder ketiga adalah, mereka menganggap teman/followers itu bisa dibeli. Sekarang ini lagi tren jual beli akun Twitter. Konon satu akun bisa dihargai ratusan juta perak. Seorang mahasiswa lontang-lanting punya konten yang sangat kreatif, lucu, nyleneh di Twitter, karena itu kemudian akunnya di-follow hingga ratusan ribu tweeps. Karena sedang butuh uang untuk bayar kuliah, maka akun itu dijual ratusan juta rupiah ke sebuah brand. Lalu oleh si pembeli, akun itu “dibalik nama” menggunakan nama brand tersebut.

Saya tak habis mengerti bagaimana hal ini bisa terjadi. Esensi sebuah brand melakukan social media marketing di Facebook atau Twitter adalah untuk membangun hubungan intim dua arah dengan konsumen yang dilandasi saling pengertian, saling kepedulian, dan saling trust. Hubungan itu kalau dipupuk terus-menerus sebulan, setahun, bertahun-tahun, akan menghasilkan jalinan pertemanan penuh cinta.

Yang saya heran, bagaimana proses membentuk saling pengertian, saling kepedulian, saling trust, dan saling cinta itu bisa dengan gampang “dipotong kompas” hanya dengan lembar-lembar rupiah? Proses membangun hubungan dengan konsumen itu tidak ada yang instan. Hubungan pertemanan penuh cinta-kasih dengan konsumen itu terbentuk bertahun-tahun, melalui satunya kata dengan perbuatan, melalui layanan yang penuh kepedulian, melalui penyelesaiaan masalah-masalah konsumen, melalui komunikasi yang menyejukkan, dst.

Pertemanan dengan konsumen itu tidak bisa dibeli. Kalau Anda menganggap konsumen di Facebook atau Twitter bisa dibeli maka itu artinya Anda menganggap konsumen Anda sebagai PSK… upssss!!!

Related posts:

  1. 2011 Social Media Marketing Industry Report
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Brand Politisi
next post
Java Jazz dan Kelas Menengah

Baca Juga

Memberi eTalk: Surveillance Economy

April 20, 2018

Setiap Orang Berbohong di Facebook

March 10, 2018

Facebook: Guru Menulis Terbaik di Dunia

September 9, 2017

Best Business Book 2016 – My Picks

December 24, 2016

Pahlawan Pajak

September 3, 2016

“Mukidi Effect”

August 27, 2016

Sharing Economy dan Koperasi

March 26, 2016

Millennial Trends 2016

January 17, 2016

Brand in Crisis

January 9, 2016

Resolusi

January 2, 2016

25 comments

brosurkilat February 25, 2012 - 10:25 am

Artilkel yang sangat mencerahkan. Coba menghindari kesalahan.. Kesalahan diatas, btw yg alami itulah yg membuat brand kita tumbuh perlahan dan kelak akan tumbuh kuat dan berbuah manis.

Salam Kilat!

Reply
leo baringin February 25, 2012 - 10:36 am

good point of view, ijin copas di blog saya om? salam kenal ya mas hadi

Reply
rifki February 25, 2012 - 10:57 am

hahaha..begitu sudah d follow, pas qt tanyai/komplen, eh nggak ada respon. Tp kl cuap2 promosi produk, ampun dah, tiap hari adaa teruss.. :(. Tp saya penasaran ya mas, ada nggk ya titik jenuh sosmed ini? mgkn sprti ketika para pesaing qt jg pake sosmed jg, persaingan jadinya fierce lg dong. Pdhl qt smua kn pinginx out of the crowd ya? mhn maaf kalo ngaco tanyanya, maklum msh belajar jalan…

Reply
Hendro Tri Rachmadi February 25, 2012 - 11:07 am

Parah nih tulisan…. nonjok2in banyak orang… hebat mas Yuswo… semoga sukses terus

Reply
pram February 25, 2012 - 12:02 pm

hahaha, I like it. Another point of view with risky words (again)

terima kasih atas pencerahannya Mas 🙂

Reply
unang supriadi February 25, 2012 - 12:12 pm

Luar biasa… Penjelasan yang sangat gambalng mas yuswo, sejak pertama saya mengikuti seminar yang yg dibawakan mas yuswo di estele 77 bberapa bulan yg lalu, saya jatu hati…sure.

Terus terang saat ini saya lagi galau, @inforumahjahit ingin punya follower banyak, FB inforumahjahit pingin dilike banyak orang, kadang berpikir instan juga seperti kebanyakan orang…

Tetapi kalau normal saja, juga saya ketinggalan bagaimana ini mas yuswo..???

Terimaksih,
*Cium tangan bulakbalik buat mas yusmo*

Reply
Edy Mulyono February 25, 2012 - 7:43 pm

setuju sekali pak … harus ada batasan-batasannya, tidak melulu promo harus ada hal yang bisa diberikan dan menarik bagi fans / followers kita berupa content2x yang bermanfaat dan masih inline dengan produknya, misal : produk kuliner, bisa berupa artikel/ tips mengenai makanan sehat dan kita bisa sedikit menyisipkan promonya (soft promo) … 😉

Reply
iwan agustain February 25, 2012 - 9:24 pm

mantap mas..makasih tulisannya, jadi “ngaca” saya nih……

Reply
Donny Kurnia February 25, 2012 - 11:36 pm

Mestinya bukan PSK tapi PTK, Pekerja Twitter Komersial 😛

Reply
Muhammad Zulham February 26, 2012 - 2:13 am

Setuju mas Yuswohady. Terutama dengan blunder no. 2: It’s One Way. Saya pernah memfollow salah satu akun brand rokok yg cukup terkenal. Maksud hati ingin belajar tentang bagaimana mereka melakukan conversation dan engagement thd para followernya. Eh ternyata malah lebih banyak promo-nya ketimbang melakukan follower engagement. Jadi ya seperti yg mas katakan diawal, Socmed adalah media yang memungkinkan Anda telanjang bulat di depan konsumen; dan sebaliknya konsumen telanjang bulat di depan Anda. Dengan saling bertelanjang bulat brand bisa siap “bersetubuh” dengan konsumennya. So simple…. but how true it is 🙂

Reply
Yudha Yuliardi February 26, 2012 - 9:10 pm

Parah juga kalau pertemanan di Socmed cuma dianggap pertemanan virtual, tanpa cinta! 🙂
Meski cuma via Socmed harus ada ketulusan per-follow-an dong…

Reply
Muadzin February 27, 2012 - 12:39 am

#JLEB !

Reply
ihda February 27, 2012 - 5:55 am

Keren banget 🙂
Belajar juga nih, antara target demand vs pertumbuhan alami. Pegimana yak?

Reply
ny.IF February 28, 2012 - 3:38 am

Memang “menyebalkan” artikel pak Yuswo ini selalu pas saja. Saya jadi pengen cepet2 meremove/unfollow yang kaya gitu

😀

Reply
seenlook March 2, 2012 - 4:34 am

Bisa..bisa..*diterima*…ibarat main layang2…perlu memahami ‘sifat’ si layang2 (empati). Kapan ditarik dan kapan diulur…pasti jadi asiik pertemanannya. Btw..hindari ‘tergores’, kr benangnya sangat ‘tajam’…haha…^.^

Reply
“Promosi Melalui Conversation”, Apa yang Saya Dapatkan di Seminar IMA ITTelkom | Practical Help and Advice for Startups | StartupBisnis.com March 16, 2012 - 3:35 am

[…] saya yang sempat banyak dibicarakan orang adalah artikel dengan judul “Blunder Socmed” http://www.yuswohady.com/2012/02/25/blunder-socmed/ , orang-orang membicarakannya di Twitter, rupanya teman-teman saya banyak yang sadar kalau mereka […]

Reply
hari suryanto April 8, 2012 - 10:53 pm

saya terus terang bukan aktivis social media seperti facebook dan twitter. membaca tulisan Pak Yuswo ini , saya jadi berubah pikiran. jadi teringat nasihat nabi , bahwa silaturahmi benar2 media untuk menambah rizki dan usia. dan socmed adalah solusinya.

Wah keren mas, the power of silaturahmi memang luar biasa!

Reply
budiono April 25, 2012 - 10:24 pm

artikel yang sangat menarik. thanks bro

Reply
Human Brand — yuswohady.com June 30, 2012 - 10:42 am

[…] Conversations Gunakanlah Twitter dan Facebook pada tempatnya, yaitu untuk ngobrol dua arah (conversation), bukannya mem-broadcast pesan. Kebanyakan merek di Indonesia masih menganggap Twitter dan Facebook […]

Reply
Human Brand | Bisnisiana June 30, 2012 - 12:54 pm

[…] Conversations Gunakanlah Twitter dan Facebook pada tempatnya, yaitu untuk ngobrol dua arah (conversation), bukannya mem-broadcast pesan. Kebanyakan merek di Indonesia masih menganggap Twitter dan Facebook […]

Reply
Human Brand | Bali Magazine.. M&I – Money and I Magazine August 28, 2012 - 12:10 am

[…] Conversations Gunakanlah Twitter dan Facebook pada tempatnya, yaitu untuk ngobrol dua arah (conversation), bukannya mem-broadcast pesan. Kebanyakan merek di Indonesia masih menganggap Twitter dan Facebook […]

Reply
Human Brand | Money & I CommunicationMoney & I Communication January 30, 2014 - 12:25 am

[…] Conversations Gunakanlah Twitter dan Facebook pada tempatnya, yaitu untuk ngobrol dua arah (conversation), bukannya mem-broadcast pesan. Kebanyakan merek di Indonesia masih menganggap Twitter dan Facebook […]

Reply
Implikasi Revolusi Konsumen: Internet Ada di Simpang Jalan | Blognyakrisniy March 8, 2014 - 10:26 am

[…] pemasaran (marketing communication), periklanan dan Media Sosial. Misalnya ini: berbagai insiden blunder Social Media, gara-gara banyak yang masih sekadar bisa ber-Social Media tapi dengan (masih menggunakan) […]

Reply
Vani March 12, 2015 - 10:59 pm

Thumbs ups deh buat artikel yang satu ini.. Selain mencerahkan juga menyadarkan kembali tentang hakikat real dari media sosial yang ada..

Reply
“Promosi Melalui Conversation”, Apa yang Saya Dapatkan di Seminar IMA ITTelkom - Startup Bisnis May 4, 2020 - 9:00 pm

[…] artikel saya yang sempat banyak dibicarakan orang adalah artikel dengan judul “Blunder Socmed” http://www.yuswohady.com/2012/02/25/blunder-socmed/ , orang-orang membicarakannya di Twitter, rupanya teman-teman saya banyak yang sadar kalau mereka […]

Reply

Leave a Reply to Vani Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020
  • 25 Retail Megashifts

    July 18, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • 25 Retail Megashifts
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top