yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Civilized Consumer

by yuswohady September 24, 2011
September 24, 2011

Sulit saya menjelaskan apa itu “civilized”, tapi gampangnya saya mengambil contoh negara tetangga Singapura. Warga Singapura saya katakan civilized. Kenapa? Karena ketika mereka akan melintasi traffic light, saat lampu menyala merah, maka tak satupun dari mereka yang nyelonong seenaknya. Tak ada yang “curi start” dengan menggerombol di tengah-tengah perempatan seperti kebanyakan dilakukan pengendara sepeda motor di Jakarta.

Warga Singapura juga civilized karena mereka tak sembarangan membuang kertas atau puntung rokok di jalanan, itu sebabnya jalan-jalan di Singapura bersih bukan main. Bersih bukan karena banyak petugas dinas kebersihan yang siap memunguti serpihan sampah, tapi karena kesadaran tak membuang sampah sudah menjadi culture yang mendarah daging.

Akhir tahun lalu saya mengintroduksi fenomena maraknya kemunculan konsumen kelas di Indonesia, yaitu apa yang saya sebut consumer 3000. Saya katakan di situ bahwa salah satu ciri dari konsumen gaya baru ini adalah bahwa mereka adalah konsumen yang lebih civilized. Kenapa begitu? Karena makin tingginya kemakmuran kelas menengah ini akan diikuti meningkatnya pengetahuan (karena akses informasi dan pendidikan yang kian besar), dan pada gilirannya diikuti terdongkraknya tingkat civilization mereka.

Ada hubungan yang tak terelakkan (inevitable) antara meningkatnya kemakmuran suatu negara dengan tingkat civilization warganya. Negara-negara yang sudah sangat makmur seperti Swiss, Kanada, Australia, juga Singapura memiliki warganegara yang sangat civilized. Di negara makmur baru seperti Thailand dan Malaysia kita melihat bahwa kemajuan mereka tak hanya sebatas meningkatnya kemakmuran ekonomis tapi juga terdongkraknya civilization.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sejak 5 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran Indonesia melesat bukan main. Konsumen kelas menenagah kita kini telah tembus 100 juta kepala. Tapi bicara civilization kita pantas bermuram durja. Tambah makmur yes! Tambah civilized, no! Berikut ini adalah gambaran tidak civilized-nya konsumen kita. Yuk kita cek satu-satu.

Pembangun, Bukan Perawat
Karena punya uang, kita bisa membangun apa saja: bandara nan megah, busway yang wah, atau stadion SEA Games sekelas olimpiade. Namun, kalau sudah sampai ke urusan merawat, kita paling tidak becus. Ambil contoh busway. Pada saat pertama kali dibangun di jaman Bang Yos, terminal busway kita sangat wah, bahkan mungkin lebih wah dari di Singapura atau KL. Namun apa yang terjadi setahun kemudian? Pelan tapi pasti kekumuhan dan keterpurukan mulai mewabah. Kini, karcis elektronik mulai tidak difungsikan, coretan Pillox bertebaran di dinding loket, puntung rokok dan sampah plastik berserakan di mana-mana, lantai-lantai seng  mulai bolong raib entah ke mana. Itu terjadi bukan hanya karena petugas kebersihan kurang banyak atau petugas karcis kurang disiplin, tapi karena kita semua sebagai konsumen layanan publik tidak civilized.

Ngantri? No Way!
Kalau Anda bandingkan suasana di Bandara Changi Singapura dengan Terminal I bandara Soekarno-Hatta atau bandara di berbagai kota di Tanah Air, maka Anda akan langsung bisa merasakan civilization dua negara ini memang beda. Di Changi para penumpang ngantri demikian rapi, di Bandara Soetta kita mengelus dada. Penumpang bergerombol di depan check-in counter, berebut agar dilayani lebih dulu. Jelas-jelas di situ ada queau line dan garis merah batas antri, tapi penumpang kita nekat saja menerobosnya. Itu terjadi karena, sebagai konsumen layanan publik kita masih kampungan, belum civilized.

Budaya Pamer
Konsumen yang tidak civilized juga bisa tercermin dari konsumsi yang salah kaprah dan tidak pada tempatnya. Beli iPad bukan untuk browsing internet berburu apps yang berguna, tapi untuk pamer saat nongkrong di kafe atau jalan-jalan di mal. Beli Alphard atau Mercy bukan untuk mendapatkan kenyamanan berkendara tapi untuk pamer status sosial ke tetangga. Punya 10 kartu kredit bukannya untuk kecepatan dan kepraktisan membayar, tapi untuk pamer gaya hidup ke teman. Ini adalah cermin tidak confidence-nya kita sebagai bangsa kelas buncit yang terjajah ratusan tahun.

Bajakan Amboy Nikmatnya
Produk bajakan di Indonesia, baik perangkat lunak komputer maupun rekaman film/musik, laris bak pisang goreng. Itu terjadi bukan saja karena di ITC Cempaka Mas banyak penjual yang menjajakan, tapi lebih karena kita semua sebagai konsumen membeli dan memakainya. Kita membelinya dengan enteng saja, tanpa sungkan, tanpa feeling guilty, tanpa pergolakan batin. Komentar kita juga enteng: “Nggak masalah, orang tetangga juga beli.” Celakanya, aksi pemerintah melarang pembajakan juga terkesan angot-angotan, seolah mengamini pencurian property right orang lain ini.

Sinetron Lover
Tayangan sinetorn yang ber-season-season, yang ceritanya ngelantur nggak keruan, yang isinya membonsai akal sehat, adalah cermin belum civilized-nya konsumen kita. Jangan salahkan stasiun TV kita yang membombardir slot-slot prime time dengan sinetorn buruk mutu. Jangan salahkan produser dan penulis naskah sinetron yang mencekoki kita dengan cerita mendayu-dayu, melecehkan kemampuan otak, dan tak jelas juntrungannya. Sinetron laris karena kebanyakan konsumen kita masih belum civilized.

Health Unconscious
Mentang-mentang punya duit dan mampu beli, kita menjadi rakus, apapun makanan yang enak-enak dilahap. Inilah yang saya sebut “arogansi OKB” (orang kaya baru). Rendang, burger, sate-gule kambing, steak, gorengan, sambal goreng, soto betawi, semuanya masuk perut tanpa peduli itu bisa merontokkan kesehatan. Tak heran jika stroke, diabetes, atau asam urat kian marak menghantui masyarakat kita. Masalah itu terjadi karena meningkatnya daya beli yang diikuti naiknya konsumsi tidak diikuti dengan membaiknya civilization. Di negara-negara super makmur harapan hidup warganya tinggi bisa 80 hingga 90 tahun, karena mereka civilized dalam urusan makanan yang boleh masuk ke perut mereka.

Indonesia memang negara berkembang yang sedang melaju kencang untuk menjadi negara makmur. Kemakmuran memang melaju kencang, namun civilization terseret-seret. Tak heran jika kita masih banyak menemukan kejadian yang mencerminkan tidak civilized-nya kita. Kejadian itu kadang memalukan, menggelikan, dan membikin kita tersenyum kecut. Nggak papa, yang penting kita terus belajar. Belajar untuk menjadi semakin civilized.

Related posts:

  1. Consumer 3000
  2. Consumer 3000 (2): Future Trends
  3. Consumer 3000 (3): The Hot Segments – “J.Co Lover”… “Nexian Hunter”…
  4. New Year, New Consumer, New Strategy
  5. The Birth of Consumer 3000, The Rise of Marketing 3000
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Selling = Making Friendship
next post
Entrepreneur Boom

Baca Juga

Angry Customers

May 30, 2021

Megashift #5: Comeback of Homecooking

March 26, 2021

Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

March 24, 2021

Megashifts #3: Deeper Family Bond

March 21, 2021

Megashift #2: Insurance Becomes Necessity

March 20, 2021

Megashift #1. Family Is Living in Anxiety

March 18, 2021

Consumer Megashifts 10X10

March 14, 2021

Konsumen Indonesia Optimis

November 28, 2020

New Omni Marcomm

October 1, 2020

Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

September 4, 2020

4 comments

nina September 24, 2011 - 4:43 am

wahh, bener banget nih.
tambah kaya malah banyak yang semena-mena.
harga mobil ratusan juta buang sampah (tisue, AMDK, dll) masih di jalan raya.
semoga habis ini banyak yang sadar 😀

Reply
Raya November 5, 2011 - 6:22 am

Setuju sekali, kapan ya…. bangsa Indonesia bisa maju…., Saya izin Copy Paste ya Thanks….

Boleh 🙂

Reply
cakoel January 2, 2012 - 3:26 am

kira-2 kalau di indonesia bisa “rata” melakukan civilized behaviour gak ya… seperti agak usah, akan “tidak rata” seperti ke”tidak-rata”annya tingkat pendapatan penduduk indonesia.. 🙂

Kayaknya begitu… 🙁

Reply
Tegakkan Disiplin Dengan Sistem | Twinto Gandidi January 4, 2012 - 10:18 am

[…] … kita memang perlu sistem menyeluruh sehingga penduduk negri ini lebih civilized (berbudaya, disiplin, mengerti aturan). Saya juga ingin negri ini menjadi lebih baik. Mau […]

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI

    June 21, 2022
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL

    June 21, 2022
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”

    June 21, 2022
  • REVENGE LEISURE

    June 13, 2022
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic

    June 10, 2022
  • DON’T THINK JUST DO IT

    June 7, 2022
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?

    June 7, 2022
  • NOSTALGIA MARKETING

    June 3, 2022
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”

    May 31, 2022
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL

    May 25, 2022
  • GREAT BRAND LAUNCH

    May 23, 2022
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN

    May 23, 2022
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN

    May 20, 2022
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”

    May 17, 2022
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING

    May 17, 2022
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?

    May 13, 2022
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi

    May 12, 2022
  • SHAREABLE CONTENT

    May 11, 2022
  • DEMAND SHOCK MUDIK

    May 11, 2022
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN

    May 10, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”
  • REVENGE LEISURE
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic
  • DON’T THINK JUST DO IT
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?
  • NOSTALGIA MARKETING
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL
  • GREAT BRAND LAUNCH
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi
  • SHAREABLE CONTENT
  • DEMAND SHOCK MUDIK
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top