Tulisan ini merupakan tulisan penutup dari keseluruhan 10 minggu saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing. Komplit sudah saya menulis pengantar dan 8 prinsip bagaimana menebar cinta di jagad Twitter. Tesis utama saya adalah, jika kita mempraktekkan ke-8 prinsip Twitter marketing tersebut, maka kita akan mampu menciptakan emotional connection yang sangat dalam dengan stakeholders kita di Twitter (followers, consumers, influencers, partners, communities, dll.) yang membuat mereka tak hanya membeli merek kita, tapi juga loyal, dan menjadi pembela yang tulus (authentic evangelist) bagi merek di kala senang maupun susah.
Dengan adanya emotional connection ini, maka hubungan antara merek dan konsumen bukanlah semata hubungan transaksional (jual-beli) tetapi sebuah hubungan cinta (love relationship) yang pekat diwarnai saling pengertian, saling percaya, saling memberi dan berbagi, dan saling mengasihi. Di era media sosial, kesemuanya ini merupakan ekuitas paling berharga bagi sebuah merek, tak hanya sebatas merek Anda diketahui (brand awareness) atau memiliki citra (brand image) positif di mata konsumen. Media sosial seperti Twitter memberi peluang luar biasa bagi merek untuk membangun love relationship yang sangat dalam, otentik, dan abadi. Wow… alangkah indahnya.
Love and Happiness
Dengan prinsip-prinsip cinta saya punya mimpi lebih jauh lagi untuk membahwa kebahagian kepada setiap insan di Twitterland. Ya karena saya percaya cinta adalah “akar” dari kebahagian. “Love leads to happiness!!!” Ketika hubungan kita Twitterland dilandasi prinsip-prinsip saling memberi (giving) tidak selfish; mau saling mendengarkan (listening); intensif ngobrol dan bercurhat-curhatan (conversation); tulus berbagi (sharing) dengan sesama; atau selalu peduli (caring) kepada orang lain tak hanya dirinya sendiri; maka kita akan mendapatkan berkah kebahagiaan luar biasa.
Dalam artikel pendeknya, “8 Reasons Why Twitter Can Boost Your Happiness” Gretchen Rubin, penulis buku laris “The Happiness Project” menyimpulkan bahwa Twitter akan membawa kita ke jenjang kebahagian. Menariknya, secara tak sengaja logo Twitter “burung biru” (“bluebird”) adalah simbol kebahagian. Kenapa Twitter bisa mendorong kita lebih bahagia? Argumen Rubin, Twitter menyatukan kita semua untuk menjalin hubungan intim (yup, love relationship) yang memungkinkan kita saling menyapa, saling membantu, membangun pertemanan, gampang meluapkan kepenatan masalah pribadi dengan membaginya ke teman, mudah menemukan passion hidup kita, dan saling peduli.
Inilah kehebatan dari “masyarakat berbagi” (sharing society) seperti yang kita lihat dalam fenomena masyarakat Twitter. Ketika seseorang merasakan kebahagian, maka ia akan berbagi dengan menyampaikannya melalui twit-twit-nya (yup “happy tweets”) ke teman-teman. Sebaliknya, ketika seseorang muram karena ditimpa masalah yang menghimpit, ia juga akan berbagi ke teman-teman, agar mereka ikut peduli bahkan membantu memberikan solusi. Itu sebabnya, di dalam sharing society seperti ini kebahagian lebih gampang dikembangbiakan.
Happiness Is Contagious
Niholas Christakis dalam bukunya yang fenomenal, “Connected”, menemukan bahwa kebahagiaan itu “menular”. Ujarnya, “If your friends feel happy, he smiles, you smiles, and in the act of smiling you also come to feel happy.” Ketika teman Anda bahagia, maka ia akan tersenyum kepada Anda, Anda pun ikutan tersenyum, dan ikutan ketularan bahagia seperti halnya teman Anda. Itu sebabnya, ketika media sosial seperti Twitter semakin mengkoneksikan kita satu sama lain dalam sebuah “jejaring manusia” yang begitu massif, maka “penularan kebahagiaan” juga akan berlangsung sangat massif. “Happiness could massively spread through social networks from person to person to person.”
Dengan menggunakan simulasi matematis, Christakis bahkan menemukan, “Anda 15% berkecenderungan lebih bahagia jika Anda secara langsung berhubungan dengan teman yang bahagia”. Menariknya, penularan kebahagiaan tak hanya berhenti di situ. Menurut simulasi tersebut Anda 10% berkecenderungan lebih bahagia jika berhubungan dengan “teman dari teman Anda” (2-degree of separation) yang bahagia. Dan, Anda 6% berkecenderungan lebih bahagia jika berhubungan dengan “teman dari teman dari teman Anda” (3-degree of separation) yang bahagia.
Apa pesan yang bisa kita tangkap dari fenomena “penularan kebahagiaan” itu? Ketika seseorang warga Twitter mempraktekkan prinsip-prinsip cinta (giving, listening, caring, friendship, dsb) dalam twit-twitnya dan dalam membangun hubungan dengan sesama teman di Twitterland, maka saya meyakini “energi cinta” tersebut akan menyebar demikian massif mempengaruhi warga Twitter yang lain.
Ketika @fahiraidris mempraktekkan prinsip caring dengan kegiatan-kegiatan sosialnya; @pandji membangun spirit kecintaan pada Indonesia; atau @gm_gm mengembangkan budaya sharing melalui kultwit-kultwit-nya, maka perilaku terpuji penuh cinta itu akan begitu massif ditiru dan “menular” ke warga Twitter yang lain. Mereka adalah “Twitter hero” yang memiliki power dalam menginspirasi warga Twitter yang lain.
Dan jika “energi cinta” itu berujung kepada kedamaian dan kebahagiaan, maka penularan kebahagiaan pun akan berlangsung sama massifnya. Ketika kedamaian dan kebahagian menyebar dari satu komunitas ke komunitas yang lain atau dari satu tweep ke tweep yang lain, maka Twitterland akan menjadi sebuah dunia yang indah. Sebuah dunia yang pernah diimpikan John Lennon dalam lagu “Imagine” lebih dari 40 tahun yang lalu.
Sebuah dunia indah penuh cinta dan kebahagiaan yang harusnya banyak “ditengok” oleh para anggota DPR yang terhormat, peserta kongres PSSI, Nazaruddin yang sedang asyik ngumpet di Singapura, atau hakim Syarifudin yang kini sedang meringkuk di penjara Cipinang.
Dengan spirit cinta, semoga Twitterland akan menjadi “model” bagi Indonesia yang lebih beradab.
1 comment
[…] apa yang bakal terjadi? Saya adalah orang yang sangat percaya bahwa Twitter akan bisa membawa “revolusi kebaikan” bagi kita umat manusia. Ketika hubungan kita Twitterland dilandasi prinsip-prinsip saling […]