yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Love Is Conversation

by yuswohady April 16, 2011
April 16, 2011

Ini adalah minggu ketiga saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing, sebuah konsep mengenai pemasaran melalui Twitter. Seperti telah saya uraikan sebelumnya, konsep ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), ngobrol (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Hari ini giliran saya mengulas prinsip yang kedua yaitu: “Love Is Conversation”.

Twitter bukanlah medium untuk mem-broadcast pesan seperti halnya TV atau Radio. Twitter adalah mediun untuk ngobrol (conversation). Namanya ngobrol, maka arah komunikasinya dua arah. Itu kalau dua orang, kalau ngobrolnya dengan banyak orang di dalam komunitas maka komunikasinya nggak hanya dua arah, tapi “ke segala arah”. Inilah perbedaan mendasar antara broadcasting dengan conversation.

Love Without Conversation Is Impossible
Saya mengatakan “Love Is Conversation” karena tak mungkin cinta terbentuk tanpa adanya conversation yang intens, dua arah, dan diliputi saling pengertian. Bagaimana mungkin kita nggak pernah ngobrol bisa saling cinta. “Love without conversation is impossible,” ujar Mortimer Adler, filosof kenamaan Amerika.

Itulah sebabnya Sariwangi dalam kampanye iklannya konsisten menekankan pentingnya “ngomong” (dengan teh ngepul di meja tentu saja… hehe jualan nggak boleh ketinggalan) antara para suami dan istri, agar keharmonisan cinta terus bersemi di dalam keluarga. Tema kampanye Sariwangi bukanlah mengada-ada. Kenapa? Karena “krisis ngobrol” kini menjadi penyakit serius di dalam keluarga-keluarga yang tinggal di kota besar seperti Jakarta.

Suami kerja keras tak sempat ngobrol sama istri. Istri kerja keras tak sempat ngobrol sama anak-anak. Kasihan para suami, istri, anak-anak di Jakarta karena mereka semakin dihinggapi “defisit ngobrol” yang kemudian berujung pada “defisit cinta”. Suami istri punya PIL-WIL dan anak-anak pakai narkoba adalah dampak dari penyakit “defisit ngobrol” dan “defisit cinta” ini.

Ngobrol @ Twitter Is Amazing
Kalau di atas saya katakan bahwa ngobrol begitu ampuh untuk membangun cinta di dalam keluarga, maka prinsip yang sama juga berlaku di jagad Twitter. Kalau Anda ingin selalu MENCINTAI dan DICINTAI konsumen Anda di Twitter, perbanyaklah ngobrol dengan mereka. Konsumen Anda di Twitter bisa follower Anda, orang yang Anda follow, atau tweeps yang punya pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada merek Anda.

Ngobrol memiliki dua elemen: bicara (talk) dan mendengar (listen). Dua elemen itu haruslah Anda lakukan secara proporsional dalam melakukan relationship dengan konsumen di Twitter. Anda tak boleh terlalu banyak bicara tapi kurang mendengar. Tapi sebaliknya, terlalu banyak mendengar kurang bicara juga nggak bagus, karena akan dinilai tidak responsif dan tidak empatik.

Dengan menjadi pendengar yang baik bagi konsumen di Twitter maka Anda akan mengerti dan memhami common interest dari follower. Sebaliknya jika “kurang pendengaran” maka Anda akan cenderng bicara hal-hal yang tak diingini oleh follower. Anda menjadi membosankan (BORING brand!!!… ujar Seth Godin) bagi follower. Lebih parah lagi, Anda dianggap sebagai spammer karena ngobrol dan memberikan konten yang tak relevan. Ingat, dosa dan kemalangan  terbesar di Twitter adalah ketika Anda dicap oleh para tweeps sebagai SPAMMER.

Janganlah Jadi Sok Selebriti!!!
Siapa bilang Anda dan merek Anda tidak boleh menjadi terkenal dan digilai konsumen. Anda boleh menjadi terkenal dan digilai konsumen tapi jangan menjadi sok selebriti. Di jagad Twitter yang horisontal, Anda haruslah rendah hati, jangan punya mindset seperti celebrity tweeps! Apa cirinya celebrity tweeps? Ciri yang paling gampang dikenali adalah: punya ribuan, puluhan, bahkan ratusan ribu follower tapi hanya mem-follow segelintir orang.

Kalau Anda tidak mem-follow konsumen Anda, bagaimana Anda bisa mendengar mereka, mengerti interest mereka, peduli kepada mereka, dan ngobrol dua arah dengan mereka. Dengan mem-follow konsumen, kita punya kesempatan emas untuk mengetahui apa yang mereka omongkan, mengerti keseharian mereka, mengerti dunia mereka (yup… “netnografi”). Dengan mengerti mereka, kita akan bisa ngobrol yang pas dengan mereka, bukan spam. Singkatnya, tanpa mem-follow konsumen Anda, sulit bagi Anda melakukan conversation secara baik dengan mereka.

Tapi harus diingat, mem-follow banyak orang juga bukan jaminan seseorang/merek melakukan conversation. Di Amerika ada tradisi, orang yang di-follow orang lain serta-merta akan mem-follow balik (seringkali bahkan diotomasi). Karena itu saya sering menjumpai, seseorang punya 100 ribu follower, dia mem-follow 110 ribu orang, tapi menariknya hanya 15 kali ngetwit. Ini tentu juga nggak bagus. Artinya, dia hanya cari follower tanpa melakukan conversation apapun.

Kenapa Anda tak boleh sok selebritis di Twitter? Karena cinta seorang fans kepada selebriti atau idolanya adalah cinta pura-pura. Cinta para ABG kepada Justin Bieber adalah cinta seumur jagung. Cinta penggemar kepada Lady Gaga adalah cinta kulit (baca: permukaan). Cinta mereka bukanlah cinta sesungguhnya, bukan cinta yang langgeng. Kenapa begitu? Karena cinta mereka cuma satu arah: tak pernah ngobrol, tak pernah saling peduli, tak pernah saling empati. Cinta yang sesungguhnya adalah cinta dua arah: conversational love.

Be Open
Minggu lalu saya ketemu klien yang mempertanyakan hal sederhana tapi menarik mengnai corporate blog yang hendak mereka buat. Klien tersebut bertanya kenapa mereka harus membangun blog bukan website. Usut punya usut, rupanya si klien takut kalau membangun blog, maka perusahaan akan kebanjiran komplain dan pendapat miring dari konsumen. Selama ini memang perusahaan tersebut punya mindset menutup rapat-rapat akses konsumen, bahkan menghindari “persentuhan langsung” dengan mereka. Mereka alergi untuk berinteraksi dengan konsumen karena takut dikomplain dan disudutkan konsumen.

Mindset semacam itu harus dibuang jauh-jauh jika kita ingin sukses melakukan pemasaran di Twitter. Untuk bisa melakukan conversation maka Anda harus membuka diri. Konsumen di Twitter tak akan nyaman ngobrol dengan Anda jika mereka tidak tahu siapa Anda, apa isi perut perusahaan Anda, bagaimana seluk-beluk Anda, bagaimana karakter Anda. “Openess is a prerequisite for an honest and genuine conversation”.

Jadi ingat, untuk sukses di jagad Twitter, pertama-tama Anda harus membuka diri kepada siapapun konsumen Anda. Lalu Anda harus mendekatkan diri ke konsumen tersebut dengan sebanyak mungkin ngobrol. Sehari, sebulan, setahun, bertahun-tahun, saya pastikan akhirnya Anda akan menemukan cinta yang sejati. Anda akan setulus hati mencintai konsumen Anda. Dan ujung-ujungnya Anda juga akan dicintai konsumen Anda dengan setulus hati pula.

Related posts:

  1. Love Is Giving
  2. Twitter Marketing Is Love Marketing
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Love Is Giving
next post
The Dentsu Way

Baca Juga

Twitter SBY

April 13, 2013

Employee Is Brand Ambassador

July 28, 2012

Human Brand

June 30, 2012

:)

October 15, 2011

Twitter, Love & Happiness

June 4, 2011

Love Is Friendship

May 28, 2011

Love Is Trust

May 21, 2011

Love Is Empathy

May 14, 2011

Love Is Caring

May 7, 2011

Love Is Sharing

April 30, 2011

3 comments

Dwi Wahyu Arif N April 17, 2011 - 12:00 am

blajar mencintai dg Twiter :), inspiratif 🙂

Reply
zapetta April 18, 2011 - 2:00 am

Inspiring…tx mas Yuswohadi

Reply
Twitter SBY — yuswohady.com April 14, 2013 - 4:26 am

[…] pak SBY menyapa para followers-nya. Kenapa? Karena memang Twitter adalah platform untuk ngobrol (conversations). Namanya juga ngobrol, maka arah komunikasinya harus dua arah. Ketika memutuskan nyemplung di […]

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top