yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Sukseskah Plasa.com?

by yuswohady March 30, 2010
March 30, 2010

Setelah beberapa tahun terakhir adem-ayem, belantara e-commerce di Indonesia bakal menggeliat, menyusul di-relaunch nya Plasa.com oleh Telkom Kamis minggu lalu. Optimisme ini muncul mengingat Telkom memiliki ”energi baru” buah dari transformasi bisnis yang dilakukannya menuju TIME (telecommunication, Information, Media, Edutainment). Artinya, kini Telkom harus 125% komit mengembangkan Plasa.com karena adanya business vision yang jelas, tak lagi angot-angotan seperti sebelumnya.

Tak hanya itu, saya melihat proyek Plasa.com merupakan test case pertama dari keseluruhan transformasi Telkom menuju TIME. Saat ini banyak proyek rintisan sudah dijalankan di tubuh Telkom untuk mewujudkan TIME, namun Plasa.com inilah quick win yang tidak boleh tidak harus menuai kesuksesan. Begitu ini gagal, maka inisiatif-inisiatif bisnis lain akan berada di ujung tanduk, inilah peliknya transformasi bisnis. Artinya, manajemen Telkom at all cost akan menyukseskan Plasa.com,

Dengan koki baru, Mbak Shinta Bubu di bawah bendera Mojopia, perombakan yang dilakukan cukup substansial. Yang paling jelas adalah “refocusing” Plasa.com untuk lebih berkonsentrasi ke e-commerce (online shopping), walaupun layanan agregasi konten masih disediakan. Refocusing juga diarahkan pada target tenant yang dibidiknya yaitu UKM. Captive market-nya, Telkom menyebut punya 30.000 mitra binaan UKM yang siap digadang ke Plasa.com.

Kembali ke judul tulisan ini: “Sukseskah Plasa.com?” Saya tak akan menjawab pertanyaan tersebut, saya hanya memberi catatan dua hal yang barangkali akan menjadi “chasm” alias “parit menganga” yang tak memungkinkan layanan ini mencapai critical mass-nya menuju pasar massal (mainstream market).

Isu #1. Terkait dengan keyakinan konsumen akan keamanan transaksi online. Tantangan yang bakal dihadapai Plasa.com persis seperti yang dihadapi BCA saat memasalkan layanan ATM sekitar 15 tahun lalu. Mengenai ini Telkom sudah merespons nya dengan beragam model alat pembayaran. “Ke depannya, kami sedang mengembangkan online payment lainnya melalui T-Cash dan Flexi Cash,” kata mbak Shinta. “Untuk skala internasional, kita juga menjajaki kerjasama dengan PayPal.” Cukupkah itu meyakinkan konsumen kita?

Isu #2. Setelah isu keamanan lolos, tantangan yang lebih mendasar adalah, apakah perilaku konsumen Indonesia sudah siap dibawa ke online shoping? Saya sulit menemukan survei perilaku online shopping di Indonesia. Saya hanya punya gambarannya untuk Asia, seperti ditunjukkan oleh hasil survei Visa eCommerce Consumer Monitor (2009). Menurut survei tersebut, hampir sembilan dari sepuluh orang atau 89 persen responden mengaku telah berbelanja online dalam 12 bulan terakhir. Jadi orang Asia siap dengan online shopping. Cuma celakanya, respondennya diambil di “negara-negara maju” Asia, yaitu Jepang, Hong Kong, Cina, India, Korea, Singapura, dan Australia, Indonesia tak terjamah.

Feeling saya, temuan tersebut jauh mencerminkan kondisi yang ada di Indonesia. Seperti halnya saya, kalau mau beli laptop atau HP, kenceng banget surving di internet. Tapi begitu sampai ke urusan beli… langsung ngacir deh ke Ambasador atau Cempaka mas. Kalau nggak ketemu mbak-mbak SPG yang cantik-cantik atau berjibaku tawar-menawar rasanya kok nggak plong gitu!!! Saya yakin, yang saya alami ini terjadi di sebagian besar konsumen kita.

So… balik ke pertanyaan semula: “Sukseskah Plasa.com?”

No related posts.

0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Social Media for Qualitative Research
next post
Refleksi Milad TDA 4: “Cocreation for Value Creation”

Baca Juga

Customer Evangelist: “ARMY dan BTS

June 11, 2021

Industry Megashifts 2021 (3)

December 14, 2020

Industry Megashifts 2021 (2)

December 14, 2020

Industry Megashifts 2021 (1)

December 14, 2020

SURVIVAL INNOVATION

April 27, 2020

Marketing Outlook 2020 (3): The LEAP Strategies

January 3, 2020

Every Business Is Crowd Business

November 1, 2019

PLN dan Era Kompetisi

June 10, 2017

Strategy in Crisis

September 12, 2015

CSV

February 8, 2014

9 comments

husin March 30, 2010 - 3:06 am

menurut saya ini tinggal di kasih value dan service excellent yang di brandingkan…kalo brand name sekelas telkom, saya rasa akan sangat mudah membujuk para netters untuk memulai revolusi gaya belanja lewat online…saya secara pribadi melihat yang di khawatirkan adalah masalah keamanan dan deliverynya aja..kalo plasa.com mampu membrandingkan masalah2 ini dan memberikan garansi yang full alias proteksi, saya rasa plasa.com ataupun ecommerce lainnya akan menjadi barometer baru perdagangan di kota-kota besar yang infrastruktur internet dan transportationnya bagus…

Reply
yuswohady March 30, 2010 - 3:46 am

“Branded customer service” ya pak. Diskusi di Note Facebook mengenai hal ini, temen2 pesimis apakah konsumen Indonesia sudah siap online shopping pak, rasanya orang kita penginya “feel n touch” (& nawar tentu), kalau mau beli barang. Kayaknya budaya online shopping ini yang masih sulit diubah dalam waktu dekat ini. Jadi challenge nya adalah “crossing the chasm”, sebelum “chasm” nya tembus, rasanya Plasa.com masih sulit menuai sukses. Tapi ini dari hasil diskusi temen-temen lho?

Reply
Fikri Rasyid March 30, 2010 - 6:59 am

Wah, plasa.com ini benar2 jadi topik yang sangat hangat ya. dari dailysocial, navinot, media-ide sampai blog Pak Yuswohady pun sampai membahasnya 😀

Saya awalnya excited dengan plasa.com dan dukungan fundingnya yang besar itu. Tapi jika melihat strateginya dengan revenue yang didapat dari ads dan agregasi konten, kok rasanya “tidak e-commerce” sekali y?

Selain itu, startup yang sedang “membabat” hutan e-commerce indonesia ini bukan hanya plasa.com. ada tokopedia, juale, QiosQu, dan bukalapak. Kita lihat apakah Goliath dengan dana 4 juta US dollar atau para David dengan gerakan agresif yang menang 😀

Reply
yuswohady March 30, 2010 - 1:12 pm

Sebenarnya semakin banyak pemain e-commerce yang bermunculan, dampaknya justru akan positif bagi Plasa.com mas, karena dengan demikian diharapkan bisa membuka awareness dari konsumen Indonesia utk melakukan online shopping. Saya kira nantinya yang terjadi adalah coopetition, bukan competition secara membabi buta.

Justru saya melihat perlu ada Goliath lain, katakan dari Indosat gitu, yang meramaikan pasar e-commerce di Indonesia, terus keduanya melakukan perang iklan di media massa (kayak perang iklan Indosat vs XL beberapa waktu lalu), maka aku yakin pelan-pelan konsumen akan kepincut untuk melakukan online shopping.

Reply
yuswohady March 30, 2010 - 1:15 pm

Jadi, diharapkan akan ada dua Goliath bertempur dahsyat, terus David yang kecil-kecil meraup untung di tengah-tengah. Tapi ingat dua Goliath nya juga tetap meraup untung. Jadi semua untung… wah kalau gitu, betapa indahnya dunia.

Reply
Arham April 2, 2010 - 8:46 am

Ini jalan panjang untuk plasa.com bgtupun untuk mojopia. Menghabiskan 4 juta dollar tentu ngak mau ngasih kabar buruk lagi seperti kejatuhan dotcomers tempo dulu.

Isu ke 2 menjadi topik yg paling gress. Pasar tanpa tawar menawar ngak akan match. sementara buyer online saat ini ada 2 pihak. pertama yg tawar menawar sementara yg ke 2, tanpa tawar menawar.

Yang kedua ini tentu diambil dari orang2 yang ngak akan negliat harga barang ketika membeli. Karna itu gaya ‘ecommerce’ sendiri rasanya blm bisa match. Mungkin warna warna seperti FJB kaskus adalah pilihan yang pas.

Tapi ya ituh, TELKOM sebagai BUMN mana mau menjadi dibawah kekuatan independent semacam kaskus FJB.

Reply
yuswohady April 2, 2010 - 11:25 pm

Iya, format tawar-menawar offline (fisik) ini yang sulit tergantikan oleh online experience. Yang mendekati memang model FJB or lelang kayak Kaskus or eBay. Kalau memang model seperti ini bisa lebih jalan, mestinya Plasa.com harus diarahkan ke situ, tapi kalau mau mengarah ke the next challenge adalah “how to build the community” yang huge kayak Kaskus. Atau nebeng di Kaskus… tapi seperti mas Arham bilang, mana Telkom mau. Let’s see how…

Reply
DS Rachmat June 13, 2010 - 10:21 am

Masyarakat Indonesia masih memandang berbelanja sebagai sarana hiburan.

Namun, seiring meningkatnya tingkat kemacetan di kota-kota besar dan mahalnya biaya transportasi, toko online akan semakin akrab di kalangan masyarakat awam sekalipun.

Reply
Widy February 24, 2011 - 3:20 am

Halo, Mas Yus. Thanks sudah mau sharing pendapat Anda tentang Plasa.com dan Mojopia. Saya setuju dengan analisa Mas Yus. But in the end, “somebody has to start the fire.”

Let’s hope for the best. Sukses terus, Mas Yus!

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • AGILITY MATTERS

    July 8, 2022
  • IKEA & NATION BRANDING

    July 8, 2022
  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI

    June 21, 2022
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL

    June 21, 2022
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”

    June 21, 2022
  • REVENGE LEISURE

    June 13, 2022
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic

    June 10, 2022
  • DON’T THINK JUST DO IT

    June 7, 2022
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?

    June 7, 2022
  • NOSTALGIA MARKETING

    June 3, 2022
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”

    May 31, 2022
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL

    May 25, 2022
  • GREAT BRAND LAUNCH

    May 23, 2022
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN

    May 23, 2022
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN

    May 20, 2022
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”

    May 17, 2022
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING

    May 17, 2022
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?

    May 13, 2022
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi

    May 12, 2022
  • SHAREABLE CONTENT

    May 11, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • AGILITY MATTERS
  • IKEA & NATION BRANDING
  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”
  • REVENGE LEISURE
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic
  • DON’T THINK JUST DO IT
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?
  • NOSTALGIA MARKETING
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL
  • GREAT BRAND LAUNCH
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi
  • SHAREABLE CONTENT
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top