Setelah lama ditunggu akhirnya Honda bereaksi. Minggu ini saya kaget melihat iklan Honda di surat kabar yang kini tampil lebih pede dan sedikit high profile dengan mengatakan bahwa Honda adalah: “Pemimpin pasar motor Indonesia tahun 2009 dan selama 36 tahun”. Honda juga mengatakan “Populasi motor paling banyak”; “Jaringan purna jual terbesar dan terpadu”; “500 kali menjuarai MotoGP”; “Rajanya motor irit”. Rupanya Honda mulai “keluar dari sarang” untuk menghadapi gempuran klaim pemimpin pasar yang terus dibangun dan digaungkan Yamaha.
“Serangan balik” Honda semacam ini memang ditunggu-tunggu, karena dengan demikian perang di benak konsumen (consumer’s mind) mengenai klaim pemimpin pasar menjadi lebih berimbang. Tanpa adanya “jawaban” dari Honda semacam ini, maka persepsi yang terbentuk di benak konsumen adalah bahwa memang Yamaha lah si pemimpin pasar. Harus diakui memang Yamaha beberapa tahun terakhir sangat cerdik mengklain diri sebagai pemimpin pasar baru. Setiap prestasi yang ia raih selalu ia kampanyekan ke khalayak untuk memperkokoh persepsi sebagai pemimpin pasar. Dan aksi ini memang efektif.
Respons Honda yang cenderung diam bisa dipahami, karena sebagai pemimpin pasar yang sesungguhnya, Honda tak mau terlihat gegabah. Sebagai pemimpin pasar selama 36 tahun Honda harus terlihat tenang dan bijak merespons gerak Yamaha. Namun dalam amatan saya Honda terlalu tenang dan terlalu low profile sehingga muncul kesan lamban dan sulit melakukan perubahan: “market leader syndrome”. Muncul juga kesan Honda tak tahu apa yang harus diperbuat untuk membedung serangan bertubi Yamaha. Inilah yang berbahaya.
Saya berharap aksi terakhir Honda di atas, merupakan babakan baru serangan balik Honda. Sebuah serangan yang lebih high profile, sistematis, dan penuh ketenangan seperti layaknya serangan pemimpin pasar. Dari sisi “konten” saya melihat pesan yang disampaikan cukup baik, yaitu mengembalikan persepsi publik bahwa Honda lah si pemimpin pasar yang sesungguhnya: “the real leader”. Caranya, dengan mengungkapkan fakta-fakta kepemimpinan pasarnya seperti: menjadi pemimpin pasar berturut-turut selama 36 tahun; kinerja dan inovasi produk yang tak terkalahkan; kemampuan 3S (sales, service, spare part) termassif dan terintegrasi; dan sebagainya.
Strategi ini mengingatkan saya pada kampanye “The Real Thing” yang dilakukan Coca Cola untuk meredam gempuran Pepsi yang mencoba mengacaukan persepsi pemimpin pasar yang disandang Coca Cola. Seperti kita tahu, Coca Cola menetralisirnya dengan sangat cantik dengan mengatakan bahwa Coca Cola lah “kola yang sesunguh-sungguhnya”. Dengan kampanye ini kita tahu Coca Cola mampu membangun persepsi di pasar bahwa Coca Cola lah pemimpin pasar yang sesungguh-sungguhnya, sekaligus mencitrakan bahwa Pepsi bukanlah “the real cola”. Strategi mengunci perspsi kepemimpinan pasar ini juga dilakukan AMild dengan sangat jitu dengan mengatakan bahwa: “Others Only Can Follow”.
Lalu bagaimana dengan Yamaha dengan adanya serangan balik Honda ini? Kalau kampanye “the real leader” Honda ini dilakukan secara konsisten dalam jangka waktu yang cukup panjang, pasti Yamaha akan kerepotan. Ketakutan saya adalah jika kampanye tersebut dilaksanakan secara sporadis, dan sifatnya “menggarami air laut” seperti sajak Chairil Anwar: “sekali habis itu mati”. Namun saya yakin, walaupun kerepotan Yamaha tetap akan punya 1001 cara untuk merecoki Honda mengingat posisinya yang menguntungkan karena second-leader advantages yang dimilikinya.
Apapun episode lanjutan perseteruan Honda-Yamaha ini, saya meyakini hasilnya akan positif, karena persaingan selalu saja membawa dampak positif, baik bagi pendewasaan pemain maupun tentu saja bagi konsumen.
3 comments
Info yang saya dengar, beberapa petinggi honda indonesia dilengserkan dan diganti darah baru, untuk meladeni Yamaha ini. Semoga Honda vs Yamaha terus ada, jadi bisa untuk studi kasus
Nunggu raport Maret
Januari dan Februari 2010 Penjualan Yamaha ke dealer (wholesale) menang Yamaha. April MotoGP dimulai, dengan slogan Semakin di Depan milik Yamaha Indonesia, nempel lengan baju balap Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo dan bagian belakang motor yang dipakai.
Ini iklan yang berkelanjutan hingga akhir musim balap, bahkan jika Astra Honda seponsori motogp di TV7, iklan itu nongol 🙂
kita lihat efek motoGP ke penjualan, selain Honda sedang lembur untuk pasar skutiknya.
MotoGP harus diakui menjadi alat ampuh bagi Yamaha untuk memperkokoh klaim “market leadership”-nya mas. saya kok yakin mas musim kompetisi MotoGP ini akan punya pengaruh kuat dalam mendongkrak penjualan Yamaha di bulan-bulan setelah April. Ini yang perlu diwaspadai Honda.