Destruction is cool!
Easier to KILL an organization than change it substansially.
Learn to swallow it: DESTRUCTION IS JOB #1
(before the competition does it to you).
Ini adalah kata-kata nyentrik dan profokatif dari Tom Peters. Pakar satu ini memang “gendheng” tapi oke. Pemikiran-pemikiran manajemennya selalu revolusioner, breakthrough, menjangkau jauh ke depan. Ia punya mata elang yang mampu secara tajam melihat masa depan, melihat fenomena yang secuil pun kita belum pernah memikirkannya. Karena tak paham, yang bisa kita lakukan kemudian cuma satu: “mengumpat” dengan mengatakan “dia memang gendheng”. Itulah Tom Peters.
Yang sering kita dengar tentu adalah Chief Executive Officer, Chief Financial Officer, Chief Operating Officer, atau Chief Marketing Officer. Eh… kini ada binatang baru lagi namanya “Chief Destruction Officer”. Dari arti harafiahnya saja sangat aneh dan “nggak nyambung”. Destruction artinya “perusakan” atau “penghancuran”. Jadi, kalau CEO bertugas mengelola seluruh strategi dan operasi perusahaan; CFO mengelola keuangan perusahaan; CMO merancang dan mengeksekusi strategi pemasaran; lha si CDO ini tugasnya “menghancurkan” perusahaan. Memang GENDHENG!!!
Sekilas memang gendheng. Tapi jangan salah! Komentar nakal dan profokatif di atas bukanlah celotehan main-main. Bukan pula gurauan siang bolong para kernet angkot yang sedang menunggu penumpang. Kata demi kata itu keluar dari mulut seorang maha guru manajemen (“guru of gurus”) yang memiliki arti yang amat dalam, yang kalau kita “mampu mencernanya” akan menyentak kesadaran kita. Kata demi kata itu akan membangunkan “sense of crisis” kita.
Mari pelan-pelan kita coba mencernanya. Lanskap bisnis sekarang ini bergerak dengan kecepatan tinggi secepat kecepatan cahaya—“chaotic”, “radical”, “turbulent”, volatile”, “uncertain”, “unpredictable”, dan masih banyak lagi istilah yang digunakan untuk menggambarkannya. Lanskap bisnis yang bergerak dengan kecepatan cahaya ini bukannya tanpa resiko dan bahaya. Bahayanya sangat-sangat besar.
Mau contoh?
Layanan pos “mati suri” dimakan killer app baru seperti email, SMS, dan ATM! Dunia penerbitan buku kebit-kebit oleh “predator” bernama Amazon Kindle atau Apple iPad! Nokia limbung oleh serbuan Blackberry! Bisnis rekaman melumer oleh kehadiran RBT dan iPod + iTunes! Majalah dan koran cetak babak-belur oleh blog dan citizen journalism.
Itu adalah sisi gelapnya. Di samping membawa racun, menggilanya perubahan lanskap bisnis juga selalu membawa madu semanis angpao Imlek. Di samping menghasilkan the loser, setiap perubahan radikal selalu menyisakan the winner. Di tengah kontes “survival of the fittest” selalu akan muncul para survivors yang tetap mampu bertahan, bahkan kemudian sukses.
Untuk menjadi the survivors dan the winner, persis seperti yang dikatakan Tom Peters, kuncinya terletak pada satu kata: “penghancuran”. Untuk sukses di era light-speed changes Anda tak boleh segan-segan menghancurkan sendi-sendi kesuksesan masa lalu Anda—“break with the immediate past”. Kenapa? Karena barangkali formula dan sendi-sendi kesuksesan tersebut sudah tak relevan lagi sekarang. Kalau perlu, Anda harus tega “membunuh” organisasi Anda, dan kemudian merubahnya menjadi organisasi yang sama sekali baru. REBORN!!!
Kalau krisis bisa kapan pun datang dan terus “mengintai”, tanpa sinyal, tanpa pemberitahuan, maka perusakan atau bahasa kerennya “creative destruction” haruslah menjadi “keseharian” operasi perusahaan Anda. Organisasi Anda, orang Anda, sistem yang Anda bangun, budaya perusahaan Anda, haruslah memiliki kapasitas dan kepiawaian untuk melakukan creative destruction dari waktu ke waktu. Organisasi Anda haruslah memiliki “alert system” untuk mengendus munculnya krisis, dan kemudian dengan agilitas yang tinggi mampu mereseponsnya dengan creative destruction yang terkelola secara baik.
Kalau sudah demikian, menjadi jelas bahwa, “winning in the light-speed change era is about survival”. Dan daya survival organisasi Anda akan ditentukan oleh kapasitasnya melakukan creative destruction secara kontinyu. Dan kalau kita sepakat bahwa sustainability adalah tujuan akhir dari sukses perusahaan, maka saya berani katakan bahwa sesungguhnya: sustainability is a “journey of destruction”; it is “a destruction safari” for long-term survival. Sebuah perjalanan panjang di mana kita melompat dari satu creative destruction ke creative destruction yang lain.
Telkom bingung menghadapi revolusi TI; Honda limbung menghadapi gempuran Yamaha; Nokia gusar oleh serangan mematikan Blackberry.
Mau tahu apa obatnya?
Obatnya cuma satu: operasi sesar!!!
Obatnya cuma satu: creative DESTRUCTION!!!
Percayalah saya: “Your success ia a LONG JOURNEY OF DESTRUCTION!!!”
Dan 125% saya percaya Tom Peters bahwa: “DESTRUCTION IS YOUR JOB #1”.
(before the competition does it to you).
1 comment
Saya barusan membaca bagian artikel yang persis sama dengan artikel ini. Artikel tsb bagian dari e book bertahun 2015 karya seorang trainer sekaligus praktisi. Saya menemukan artikel Pak Yuswohady ini dari google dengan kata kunci Tom Peters setelah membaca e book tsb. Dan… Artikel Pak Yuswohady ini bertahun 2010…