Encyclopedia Britannica ditulis selama lebih dari 250 tahun, sementara Wikipedia baru berusia kurang dari 10 tahun (dirilis tahun 2001). Tapi coba kita lihat statistik berikut:
Wikipedia berisi 1,74 miliar kata dalam 9,25 juta artikel, mencakup 250 versi bahasa termasuk bahasa Indonesia. Sementara Encyclopedia Britannica jumlah katanya cuma SEPERDUALIMA (yes…1/25) dari jumlah kata yang dimiliki Wikipedia edisi bahasa Inggris (Britannica hanya memiliki satu versi yaitu versi Bahasa Inggris).
Bagaimana keajaiban ini bisa terjadi?
Britannica ditulis oleh sekitar 100 orang full-time editors dan sekitar 4000 kontributor.
Wikipedia sebaliknya, ditulis dengan pendekatan open source (tepatnya “crowdsource”) oleh puluhan ribu, ratusan ribu, atau bahkan mungkin jutaan volunter dari seluruh dunia, karena siapapun memang diundang untuk berkontribusi di Wikipedia dengan bantuan web 2.0 tools yang disebut: wiki.
Berbeda dengan Britannica, tulisan di Wikipedia “dijaga” kualitas dan kebenarannya oleh komunitas Wikipedia yang saling berkerja sama dalam format kolaborasi terbuka (open collaboration). Komunitas ini pula yang terus memperbaiki tulisan-tulisan tersebut sehingga semakin baik dan sempurna. Kata para Wikipedians: “open collaboration improves articles over time”. Komunitas ini layaknya komunitas Mac atau komunitas Harley-Davidson, sangat fanatik (“cult-like”) terhadap Wikipedia.
Satu hal perlu diingat,
terwujudnya Wikipedia meyakinkan kita semua bahwa:
WE are smarter than ME!!!
WE are faster than ME!!!
WE are more powerful than ME!!!
Atau dalam kasus Wikipedia: “MILLIONS people are more powerful than HUNDREDS.”
It’s the power COLLECTIVE INTELLIGENCE!!!
Menunjuk kasus Wikipedia, saya semakin optimis bahwa pada akhirnya…
Linux will BEAT Windows!
Mozilla Firefox will BEAT Internet Explorer!
Flickr will BEAT Getty Images!
Citizen Journalism will BEAT mainstream media!
Apakah Anda SEOPTIMIS saya?
5 comments
Seperti Anda, saya juga optimis terhadap the power of the collective intelligence dalam membuat sejarah baru, Mas Siwo. Makhluk sosial yang bersatu ini hanya terikat pada kebersamaan dan tidak punya logika. Kecuali ada perubahan yang sosial yg cukup mendasar, tidak akan ada yang mampu menandingi kekuatan mereka.
Semoga collective wisdom ini menjadi kekuatan baru yang powerful bagi peradaban manusia…
Semangat kebersaaan dan berbagai memang berkorelasi positif dengan kualitas tapi dengan catatan. Setidaknya saya melihat, semangat ini baik. Cuma karena begitu crowd nya informasi yang diberikan terkadang membungkan para end user.
Untuk itu tetap harus belajar dari closed system tentang manajemennya. Bagaimana mengelola informasi tersebut agar lebih terfokus.
mas siwo…good new perspective. sebagai marketer memang kita harus siap ya untuk menghadapi era tsb. tapi saya rasa “one to many” or “one to one” are not really dead. They’re still there.
setuju mas, ketika “one to many” muncul maka “one to mny” dan “one to one” akan tetap ada sampaikapan pun, dan harus diingat mas, untuk posisi sampai hari ini “one to many”dan “one to many” nya masih 99%, “many to many” mungkin masih kurang dari 1% atau bahkan o,1% atau 0,000001% lho…. 🙂