Saya barusan membaca buku baru Don Tapscott (penulis buku laris Wikinomics) berjudul “Grown Up Digital”. Tapscott mengidentifikasi lahirnya generasi baru yang disebutnya “Generation Z”, yaitu generasi yang lahir setelah tahun 1998. Di masa-masa kecilnya generasi ini sudah mengenal Blackberry, Facebook, atau YouTube. Mereka mengerjakan PR sudah memanfaatkan Google dan Wikipedia. Mereka juga sudah menikmati bahkan kecanduan beragam online games.
Memang Tapscott menguraikan potensi dari generasi baru ini sebagai embrio dari munculnya “creative class” yang akan membawa kemajuan luar biasa bagi peradaban manusia. Namun yang menjadikan saya sedih adalah uraian Tapscott di awal buku yang meninjau selintas sisi gelap dari generasi baru ini. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
#1 They are DUMBER than we were at their age. Mereka tak bisa memokuskan perhatian terhadap apapun. Mereka pembaca dan pengomunikasi yang sangat buruk. Karena sepanjang hari waktunya dihabiskan di dunia maya (di FB, blog, etc) nilai ujian mereka di kelas atau di kampus buruk sekali. Kesibukan di dunia maya menjadikan mereka pengidap apa yang disebut ”attention-deficit disorder”.
#2 They’re SCREENAGERS, Net addicted, losing their social skills and they have no time for sport and healthy activities. Karena waktu mereka dihabiskan di depan layar komputer atau video games (bukannya digunakan untuk aktivitas fisik yang menyehatkan) mereka gemuk, jelek, dan berpenyakitan.
#3 They have NO SAME. Mereka yang kaum hawa misalnya, tak malu mengumbar gambar intim atau informasi yang sangat personal mengenai dirinya ke publik melalui blog, milis, Facebook, YouTube, dsb. Mereka “bonek” dan tak tahu malu.
#4 They STEAL. Dengan gampangnya mereka melanggar intellectual property rights, men-download musik, mempertukarkan, dan berbagi ke sesama teman secara peer-to-peer, tanpa rasa hormat sedikitpun kepada pencipta dan pemiliknya.
#5 They’re VIOLENT. Berbagai jenis video games laga yang mengumbar kekerasan dan kekejaman (extremely violent video games) telah menjadikan mereka generasi yang kejam, sadis, rasis, sexist, brutal…. (…menulis bagian ini saya sambil mengelus dada).
#6. They have NO work ethic and will be BAD employees.
#7. This is the latest narcissistic “ME” generation. Kehadiran YouTube, MySpace, FB, menjadikan mereka sangat narsis: attention-seeker. Celakanya seringkali itu dilakukan secara membabi-buta, tanpa peduli kepentingan orang lain.
#8 They have NO VALUES and they DON’T CARE about anyone else. Yang menjadi pusat perhatian mereka hanyalah budaya pop, selebritis, dan teman-teman mereka. Mereka tak tertarik membaca surat kabar dan berita televisi. Mereka tak memilih saat Pemilu dan tak mau terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan. Ketika dewasa mereka menjadi warganegara yang buruk (bad citizen).
Prof. Bauerlein meringkaskan karekateristik generasi baru ini sebagai berikut:
”They connected and multitasked, autonomous yet peer-mindful, makes NO great leap forward in human intelligence, global thinking, or netizen-ship. Young users have learned a thousand new things, no doubt. They upload and download, surf and chat, post and design, BUT they HAVEN’T learned to analyze a complex text, store facts in their heads, comprehend a foreign policy decision, take lessons from history, or spell correctly.”
Beginikah POTRET anak-anak kita nantinya?
Benarkan anak-anak kita menjadi ”MUTAN” yang menakutkan oleh adanya kemajuan internet?
Kalau memang betul, betapa menyedihkannya… 🙁
Inikah sisi gelap dari Web 2.0?
11 comments
Baik dan buruk itu kan bedanya tipis sekali, mas, dan selalu datang bersamaan. Meaning dari hidup itu kan, bagaimana kita mampu berbagi dengan orang lain, bukan memikirkan diri kita sendiri. Manusia sebenarnya hanya punya 2 kesalahan sepanjang hidupnya. Pertama, memilih yang salah, dan kedua, melakukan dengan cara yang salah. Teknologi yang berkembang pesat memang memudahkan kita untuk memilih, dan semuanya kembali ke pribadi masing2. Kalo saya, berubahlah terus mengikuti perkembangan, dan seimbangkan dua hal ini, high tech and high touch. Meski tetap narsis, tapi hidup kita lebih meaningful…
emang benar apa yg terjadi saat ini..
buktinya ada beberapa teman saya yg 24 jam di depan komputer terus..
maen game ol lah,buka FS dan FB lah,ngisi blog lah,dll..
jadi makan,tidur g teratur..
jaswal lain jg terbengkalai..
ga pernah olahraga dan memperhatikan lingkungan sekitar..
kayanya dah parah bgt..
saya jg sempat kecanduan hal itu,tapi sekarang dah mulai bisa mengorganisir yg penting niat dan tindakan kita..
Setuju dengan Mas Anang. Internet itu bagaikan pisau… selama menggunakannya dengan baik maka hasilnya akan baik. Alhamdulillah selama ini walaupun saya addicted terhadap FB dan YouTube. Dimana setiap hari tiada waktu tanpa buka situs” tersebut. Namun dengan adanya internet justru mempermudah saya dalam mencari bahan-bahan tugas kuliah saya. Mempertemukan yang jauh menjadi dekat…..
Tapi yaa….
saya kan Generasi Y +_+?
@mas Anang, akhirnya memang tergantung kita menyikapinya. Kalu kita positive thinking maka bagus-bagus saja yang diambi. Kalau negative thinking ya sebaliknya. Teknologi kan netral-netral aja, tinggal yang makai ini gimana menyikapinya. Teknologi itu kayak kanvas putih, tergantung kita “si pelukis” yang mewarnainya, mau hitam atau kuning, atau merah. Setuju 1000% mas…
@mas Indra, jadi yang aku tulis itu klop mas ya. Nggak nunggu lima atau sepuluh tahun lagi, sekarang pun sudah terjadi ya. Itu baru beberapa aja kan mas, coba bayangkan kalau semua anak-anak kita jadinya kayak begitu… apa kata dunia? hehehe… kayak iklan kantor pajak aja…
@mas Ricky, kalau masih Gen Y memang masih bisa ngontrol karena mindset kita masih ada bau-bau mindset lama. Bayangkan kalau sejak usia dini sudah web 2.0 semua, maka kita kayak “tertwan” atau “terjebak” oleh berbagai tools tersebut. Walaupun “terjebak” dan “tertawan” itu hasilnya tetap akan bisa positif kalau kita menyikapinya secara positif. Jadi kembali kepada “si pelukis” bukan “kanvas”-nya.
saya rasa itu memang pengaruh lingkungan juga. gimana caranya web 2.0 itu tetep dibarengi kondisi komunikasi direct yang memumpuni. simpel aja… walaupun adanya internet saya rasa komunikasi verbal udah keharusan. kalo engga, itu yang ngegiring orang jadi autis. plus komen buat yang narsisan mas, bener banget udah parah tuh… apalagi anak2 perempuan yang SMA. maniak foto2 deh jadinya. ada yang sampinggenic, atasgenic, gelapgenic, genitgenic dan genic-genic yang lain. hehehehehe
nungginggenic juga bisa donk… hehehe
Terkadang bisa menjadi kurang produktif dalam mendistribusikan ilmu yang diperoleh dari internet untuk orang lain. Lebih asyik membaca dan belajar dari ribuan sumber, bak mata air zam-zam di saudi sana. Contoh rilnya saya sendiri, banyak belajar sedikit mengajar (baca: menuliskan ulang dan memberikan pandangan pribadi).
Artikel anda di
http://web-2-0.infogue.com/the_dark_side_of_web_2_0
promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur musikgue.infogue.com, info cinema, game online & kamus online untuk para netter Indonesia. Salam!
Ini adalah gambaran ttg the darkside of technologi, bagus jika kita pd akhirnya bisa sudah menyadari bahwa hal2 di atas memang sudah terjadi di generasi saat ini.
Pertanyaannya adalah sejauh kemudian kita semua bisa mencari solusi terbaik dlm mengarahkan generasi saat ini u bisa memanfaatkan technogi kpd hal-hal yang bermanfaat dan menciptakan inovasi dlm berkarya.
Tentunya itu tugas kita semua sbg orang tua.
Dan yang paling penting adl menciptakan sebuah generasi yg cerdas Spiritual dan Intelektual, spiritual yg akan menjadi filter antra benar n salah, intelektual menjdi bekal dalam berkarya.