• Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Triple Bottom Line

by yuswohady October 24, 2008
October 24, 2008
2.8K

Nggak tahu kenapa, beberapa tahun terakhir arus besar kesadaran perusahaan untuk semakin “spiritual”—dengan peduli kepada masyarakat tertindas, peduli ke lingkungan, atau peka terhadap persoalan sosial-kemasyarakatan—kian besar. GE getol melipatgandakan penggunaan clean technology; Toyota fokus mengembangkan Prius sebagai the world’s cleanest car untuk mengurangi global warming; Grameen Bank mengembangkan micro finance untuk kaum papa hingga berbuah Hadiah Nobel; Hindustan Lever, anak perusahaan Unilever di India, mengembangkan segmen pasar orang miskin (bottom of the pyramid market) sekaligus memberdayakannya.

Mungkin karena bumi kita sudah terlanjur kerempeng dan bopeng-bopeng. Atau karena kalangan bisnis sudah terlalu lama mengesampingkan kaum papa. Atau bisa jadi karena kaum pebisnis ini sudah bertobat karena keterlaluan mengeksploitasi isi perut bumi atas nama kapitalisme membabi-buta. Dupont misalnya, kini mulai “bertobat” karena sudah puluhan tahun mengotori bumi dengan bahan-bahan kimia ciptaannya. Sejak tahun 1991, Dupont sangat serius mengurangi emisi gas buang sebesar 55% dan menghemat hingga 2 miliar dolar.

Karena kenyataan itu, bukan kebetulan kalau kini mulai banyak perusahaan yang mengadopsi konsep “triple bottom line”. Apa itu? Konsep pengukuran kinerja perusahaan secara “holistik” dengan memasukan tak hanya ukuran kinerja ekonomis berupa perolehan profit, tapi juga ukuran kepedulian sosial dan pelestarian lingkungan. Kenapa “triple”? Karena konsep ini memasukkan tiga ukuran kinerja sekaligus: economic, environmental, social (EES) atau istilah keren-nya 3P: “People-Planet-Profit”. Maunya jelas, perusahaan tak hanya menjadi “economic animal”, tapi juga entitas yang “socially and environmetally responsible.”

Ide di balik TBL ini tak lain adalah adanya pergeseran paradigma pengelolaan bisnis dari “sharholders-focused” ke “stakeholders-focused”. Dari fokus kepada perolehan laba secara membabi-buta menjadi perhatian pada kepentingan pihak-pihak yang terkait (stakeholder interest) baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. Konsekuensinya, peran dunia bisnis semakin siknifikan sebagai alat pemberdaya masyarakat dan pelestari lingkungan. “The business entity should be used as a vehicle for coordinating stakeholder interests, instead of maximising shareholder profit.”

Ide triple bottom line sekaligus mencoba menempatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan pada titik sentral dari keseluruhan strategi perusahaan—bukan periferal, bukan tempelan, bukan kosmetik. Conventional wisdom yang selama ini ada mengatakan: tumpuk profit sebanyak-banyaknya, lalu dari profit yang menggunung itu sisihkan sedikit saja untuk kegiatan sosial dan pelestarian lingkungan. Dengan triple bottom line, maka pendekatannya menjadi berbeda. Dari awal perusahaan sudah menetapkan bahwa tiga tujuan holistik—economic, environmental, social—tersebut hendak dicapai secara seimbang, serasi, tanpa sedikitpun pilih kasih.

Bicara triple bottom line, kita harus banyak belajar dari The Body Shop (TBS). Setiap tahun The Body Shop mengeluarkan dokumen yang dinamai The Body Shop Values Report. Dokumen ini berisi laporan “pertanggung-jawaban” kepada publik mengenai pencapaian-pencapaian social dan environmental. Menariknya, TBS bikin laporan ini tidak main-main untuk mewujudkan misinya untuk menjadi socially and environmentally responsible company. Salut patut kita berikan kepada sang pionir dan inspirator, Anita Roddick, yang beberapa minggu lalu lebih dulu meninggalkan kita.

Saya kebetulan punya satu dokumen The Body Shop Values Report 2005. (kalau pembaca berminat bisa saya kirimkan softcopy-nya dengan menghubungi saya di siwo@rocketmail.com). Menariknya, dalam report 87 halaman tersebut TBS sangat serius mengumumkan KPI (key performance indicators), target dan capaian untuk social-environmetal initiatives seserius report untuk pencapaian sales/profit.

Kita tahu TBS punya lima inisiatif: Against Animal Testing; “Support Community Trade”, “Activate Self Esteem”; “Defend Human Rights”; “Protect Our Planet”. Memang TBS ngomong di mana-mana mengenai inisiatif tersebut, tapi itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Ia lakukan betul inisiatif tersebut, ia tetapkan KPI-nya, ia tetapkan target tahunan, kemudian di-tracking terus pencapaian target tersebut.

Dalam Values Report 2005 yang saya punya misalnya, dicantumkan salah satu target untuk inisiatif “Protect Our Planet” untuk tahun 2006 adalah, mengurangi hingga 5% emisi CO2 dari listrik yang digunakan di toko-toko TBS. Kemudian untuk “Activate Self Esteem”, di tahun 2005 TBS mampu melakukan kampanye program “Stop Violence in the Home” di 25 negara. Sementara untuk tahun 2006 ia menetapkan target melakukan kampanye di 30 negara. Harap Anda tahu target-target itu tak hanya sekedar target, tapi target yang terus di-tracking dan ngotot dicapai, sengotot mencapai target profit.

Kalau di seluruh belahan dunia, global champions seperti GE, Toyota, The Body Shop, Dupont berlomba-lomba mulai mengadopsi konsep triple bottom line, lalu bagaimana dengan di negeri kita tercinta? Nah, ini yang membuat kita semua sedih. Kita sedih ketika melihat para pebisnis kita seperti kebakaran jenggot, keberatan, dan marah begitu pasal 74 UU Perseroan Terbatas yang mengatur prinsip tanggung jawab sosial korporasi atau corporate social responsbility (CSR) diberlakukan. Menyikapi kemarahan itu saya hanya bisa berdoa, mudah-mudahan keberatan itu bukan datang dari lubuk hati yang paling dalam. *

0 FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Minsky, Krisis Keuangan Global, dan Syariah
next post
CROWD “Marketing Becomes Horizontal” – Manifesto #8: Your Brand Is a CULT. Create Ideology around It and Spread to Your Believers.

Baca Juga

Diskusi Buku “Life Science for a Better Life”

October 7, 2015

Bisnis yang Berkarakter

August 4, 2013

Confession of a Salesman

March 23, 2013

Model Bisnis Horisontal Ala Google

August 17, 2010

Ambush Marketing dan Piala Dunia

June 25, 2010

Community Is the World’s HOTTEST Business!!!

May 29, 2010

YOU are a MEDIA COMPANY

May 23, 2010

Belajar dari “Toyota Recall”

March 5, 2010

Giant-Leap Organization

February 9, 2010

CROWD “Marketing Becomes Horizontal” – Manifesto #9: Your...

December 2, 2008

8 comments

Dr Lanny Juniarti November 1, 2008 - 9:39 am

Mas Siwo,
Kami di Miracle Aesthetic Clinic Group mulai “sedikit demi sedikit” menerapkan konsep Triple Bottom Line pada beberapa kegiatan opersional bisnis kami, seperti Sterility & Hygiene Campaign dalam rangka edukasi dan peningkatan kesadaran bahaya HIV dan Hepatitis B jika salah memilih tempat perawatan kulit, dan penggunaan shopping bag dari bahan ramah lingkungan. Kami akan terus berupaya menjalankan konsep Triple Bottom Line ini, kalau Body Shop bisa kita juga bisa.
Thanks.

Reply
yuswohady November 1, 2008 - 11:55 pm

Saya punya dokumen “Values Report” nya The Body Shop ibu, semacam annual report berkaitan achievement pelaksanaan Triple Bottom Line, munkin bisa menjadi inspirasi bagi Miracle untuk menerapkan Triple Bottom Line. Menerapkan konsep ini kuncinya adalah komitmen, dan Values Report adalah bentuk komitmen yang dipublish secara terbuka kepada publik. Dokumennya saya posting-kan ya bu Lany. Tx

Reply
Ad January 16, 2010 - 5:58 pm

Pak Yuswohady, saya lagi nyari pembahasan tentang triple bottom line terkait CSR yg ada hubungannya dengan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability)….kiranya bapak ada referensinya kan sngat membantu bagi saya……..Terima kasih (Ad_salmi@yahoo.com)

Reply
Konsep Keberlanjutan – 3P « abunajmu September 14, 2011 - 12:52 pm

[…] Baca juga : Link ini […]

Reply
uci April 13, 2012 - 11:15 pm

permisi, saya boleh minta soft copy values reportnya untuk dijadikan bahan bacaan proposal skripsi. trims bantuannya. ini alamat email saya suciwulandariugm@gmail.com 🙂

Reply
vivi January 9, 2014 - 11:33 pm

Mas, saya boleh minta soft copy values reportnya untuk bahan makalah tugas. Terima kasih atas bantuannya. Alamat e mail saya {vivie_iko@yahoo.com}

Reply
winarti October 12, 2015 - 8:26 pm

Nama saya winarti, saat ini saya sedang membuat penelitian ttg CSR. Kalau boleh saya minta dikirimkan annual report TBS tsb sebagai bahan referensi ke winarti.wina@gmail.com trmksh sebelumnya

Reply
Edi irianto October 28, 2015 - 9:31 pm

Mas mohon bantuannya di email ke saya tentang penjelasan Triple Bottom Line di perkebuan kelapa sawit… saya ingin baca juga,
terima kasih… email saya citraplanters@gmail.com

Reply

Leave a Comment

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Recent Posts

  • KENAPA SHOPEE LIVE NENDANG!!! ” Jualan dr. Richard Lee Cuan Rp 8 M “
  • HEBOH SHOPEE LIVE : Fake FOMO Marketing
  • GEN Z “Generasi Gali Lubang Tutup Lubang”
  • KENAPA PRODUK KOLAB KERAP MEMICU FOMO “Starbucks X Blackpink”
  • REBRANDING TWITTER “Mengubur LEGACY Masa Lalu”
  • At the End of the Day, EVERY HOMO SAPIEN IS FOMO SAPIEN
  • PELAJARAN MARKETING dari FILM BARBIE “FOMO Marketing in Action”
  • KENAPA SHOPEE LIVE NENDANG!!! “Jualan dr. Richard Lee Cuan Rp 8 M”
  • PUTRI ARIANI & NATION BRANDING INDONESIA
  • NETIZEN IS THE BEST CHIEF SERVICE OFFICER
  • Dari AUTHENTICITY ke BRAND ADVOCACY “Belajar dari Bos Bluebird”
  • TB GUNUNG AGUNG TUTUP Bagaimana Format Toko Buku ke Depan?
  • UNTUNG-RUGI CALEG PESOHOR
  • CUSTOMER-CENTRIC GOVERNMENT
  • DIPLOMASI BOLA ARAB SAUDI
  • TOKOPEDIA NAIK TARIF & ERA BARU E-COMMERCE
  • TUPPERWARE Brand yang DISAYANG Emak-Emak, Brand yang “DIBUNUH” milenial
  • CARA TIONGKOK MENGGRUDUK PASAR INDONESIA
  • MERENUNGKAN CURHATAN SOIMAH Soal Pajak
  • IDA DAYAK & FOMO Marketing
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top
yuswohady.com
  • Home
  • Biography