Tangga 11 Desember nanti MarkPlus Inc. kantor saya punya gawe besar. Gawe besar itu adalah MarkPlus Conference 09, sebuah konferensi marketing yang menjadi ajang berkumpulnya ribuan marketer dari seluruh pelosok negeri. Hajatan besar ini memang rutin dilakukan tiap tahun, namun tahun ini punya makna khusus, pertama karena berobsesi memecahkan rekor peserta yang diharapkan akan mencapai 4000 marketer: “Size does matter!” Harus diingat, event seakbar Global Brand Forum di Singapura pesetanya tak mencapai 2000 orang. Kedua, topik yang diangkat di MarkPlus Conference kali ini merupakan tema yang fresh dan kini sedang menjadi diskurus marketer di seluruh dunia, yaitu apa yang kami sebut New Wave Marketing.
Apa itu New Wave Marketing? New Wave Marketing sesungguhnya merupakan dekonstruksi terhadap pendekatan marketing tradisional yang bersifat “vertikal”. Pendekatan vertikal yang saya maksud adalah pendekatan pemasaran yang menggunakan media massal seperti seperti TV, Radio, Koran, dan sebagainya; arahnya one-way sehingga tidak memungkinkan terjadinya interaksi intens antara brand dengan konsumen; dan sifatnya “one-to-many” sehingga tidak bisa fokus . Dalam pendekatan ini konsumen menjadi semacam “obyek penderita” yang dijadikan target market oleh si marketer.
Selama bertahun-tahun sejak media-media massal itu ditemukan, memang pendekatan vertikal ini ampuh menarik dan mempengaruhi pelanggan. Iklan di RCTI atau SCTV, iklan di Kompas, atau iklan di Trijaya terbukti ampuh mendongkrak penjualan dalam waktu yang singkat. Namun apa yang terjadi, beberapa tahun terakhir media-media massal ini mulai dirasakan kelemahan mendasarnya.
Pertama, muncul fenomena yang namanya “media cluttered” yaitu kondisi di mana konsumen sudah overloaded menerima pesan-pesan iklan dari produsen. Kalau konsumen overloaded menerima pesan iklan, maka tentu saja kemampuan iklan dalam membangun awareness dan mempengaruhi konsumen juga semakin loyo. Kedua, pendekatan vertikal melalui media massal ini berbiaya mahal di satu sisi, tapi sekaligus juga semakin tidak efektif karena tidak bisa menjangkaui konsumen secara tepat karena sifatnya yang massal. Jadi, sudah mahal, efektifitasnya payah, alias ”high budget low impact”.
Karena kelemahan mendasar ini sampai-sampai guru positioning, Al Ries, menyebut secara ekstrim sekitar lima tahun lalu bahwa pendekatan pemasaran vertikal ini telah mati. ”The Death of Advertising, The Rise of PR,” begitu pernyataan bombastisnya. Kalau Al Ries sudah mengingatkan cacat kronis dari pemasaran horisontal sejak lima tahunan lalu, kenapa pendekatan pemasaran yang lebih bersifat horisontal tidak serta-merta lahir lima tahun lalu?
Problemnya adalah, karena tools dan media yang menjadi enabler untuk menjalankan pendekatan pemasaran horisontal ini belum kunjung hadir. Baru beberapa tahun terakhir, dengan munculnya media-media baru seperti internet forum, message boards, blog, wikis, podcast, picture-sharing, vlogs, instant messaging, music-sharing, crowdsourcing, pendekatan horisontal ini mulai bisa dijalankan oleh marketer. Tools dan media-media baru itu memungkinkan konsumen bisa berinteraksi secara secara intens, membentuk komunitas, mengekspresikan aspirasinya, bisa curhat dan berkeluh-kesah,
Ambil contoh gampang blog. Dengan blog kita bisa menulis ide apapun yang berseliweran di kepala kita. Setelah ide ditulis, kita juga bisa mengajak teman-teman untuk untuk aktif berpartisipasi dengan berdiskusi atau sekedar ngobrol, memberikan komentar, menuangkan ide, atau memberi tanggapan. Itu berbeda dengan website yang dulu kita kenal sebatas tempat mencari informasi. Contoh lain adalah social media seperti YouTube, Flickr, Facebook, MySpace, Second Life, juga Yahoogroups dan Friendster yang memungkinkan konsumen bisa berinteraksi dan berkomunitas secara intens.
Dengan berkembangnya media-media baru berbasis internet tersebut, dunia pemasaran memasuki era baru yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Kenapa? Karena melalui media baru tersebut marketer akan dapat mempengaruhi konsumen, membangun komunitas pelanggan, menciptakan loyalitas, mengembangkan interaksi dan dialog dengan konsumen, melakukan riset untuk mengetahui perilaku konsumen, atau mengembangkan produk baru dengan pendekatan yang bersifat horisontal.
Dengan munculnya enabler tersebut maka serta-merta New Wave Marketing pun lahir. Berbeda dengan pendekatan marketing tradisional (kami menyebutnya: ”legacy”, sebagai lawan dari ”new wave”), pendekatan pemasaran baru ini bersiafat horisontal; arahnya two-way dan sangat interaktif; bersifat ”many-to-many” karena interaksi terjadi di dalam komunitas; dan yang paling penting berbiaya rendah tapi sangat efektif alias ”low budget high impact”.
New Wave Marketing adalah dunia baru yang begitu indah bagi para marketer. It’s a whole new world. Ia adalah lahan baru yang maha luas potensinya. Ia merupakan blue ocean area yang masih perawan untuk Anda ekplorasi. Tinggal sepenuhnya tergantung Anda, apakah bisa dan mau adaptif untuk mengadopsinya, atau statis saja terus menggunakan pendakatan pemasaran tradisional yang telah usang. ”Change or die!!!” kata banyak pakar.
11 comments
saya punya tugas kuliah bedah buku yg kebetulan judulnya adalh new wave marketing. Sebetulnya saya sdh cukp mengerti apa maksudnya. tapi pusing juga ngebedahnya,,
yeah….itu menuntut prubahan krn jika tdk arus yg akan mnlan kita…
Ayo dibedah bareng-bareng… hehehe
media sosial itu tools berbagi pesan pemasaran/promosi bukan konsep pemasaran — karena banyak bukti bukan low budget hight imfact tetapi low budget no selling
Selling nya nggak kayak jualan hard-sell konvensional mas. Marketing melalui komunitas dan social media membutuhkan effort terus-menerus dan sifatnya memfasilitasi, bukan direct hardsell. Karena itu pendekatannya memang lain. Jualan terbentuk dari upaya engagement dan interaction dengan konsumen yang dilakukan secara berkelanjutan. jadi ringkasnya: marketing melalui social media merupakan upaya long-term facilitation to build customer advocacy, not just short-term (“one-shot”) hardsell.
Selling nya nggak kayak jualan hard-sell konvensional mas. Marketing melalui komunitas dan social media membutuhkan effort terus-menerus dan sifatnya memfasilitasi, bukan direct hardsell. Karena itu pendekatannya memang lain. Jualan terbentuk dari upaya engagement dan interaction dengan konsumen yang dilakukan secara berkelanjutan. jadi ringkasnya: marketing melalui social media merupakan upaya long-term facilitation to build customer advocacy, not just short-term (“one-shot”) hardsell.
Tanya.
Sistem atau tools apa saja yang musti dimiliki oleh perusahaan yang ingin mengaplikasikan konsep new wave marketing sepenuhnya?
Thanks untuk pencerahannya
saya juga dapet tugas ne tentang new wave marketing,…
dimana tugas saya menanyakan kelebihan dan kelemahannya,..
kira-kira kelemahannya apa ya,..mksud saya kelemahan dari segi new wave nya,…
thanks
Kelemahannya bersifat horizontal, sehingga konsumen sangat powerful, sulit dikontrol. Viral melalui socmed sulit dibendung dampak negatifnya. Word of mouth punya dua sisi mata pedang: kalau positive WOM akan bagus untuk brand; tapi kalau negative WOM dampaknya tak terkendalikan oleh brand. sementara brand dipaksa untuk open dan transparan ke konsumen.
slamat malam pak yuswohady, saya mahasiswa enhai semester 6, saya pernah mengikuti seminar bapak tentang CROWD dkampus saya pak, pak untuk skripsi saya saya mengambil judul “PERILAKU KONSUMEN TERHADAP WEB MARKETING” bagaimana menurut bapak apa permasalahan yang bisa saya kemukakan pak?terimakasih pak
Banyak aspek yang bisa dilihat mas, misalnya dari sisi privacy, permission marketing, perilaku komunitas online, perilaku dalam penyebaran word of mouth, kesediaan konsumen menjadi evangelist bagi merek, dan sebagainya. Coba telusuri riset-riset sejenis dengan googling lalu temukan angle yang tepat untuk mnejadi bahan topik skripsi mas.
bagus sekali tulisannya pak,. ^^
saya baru memulai dan merintis online marketing..semoga tulisan bpk memberi inspirasi dan sy tertarik untuk mnyimak ‘new wave marketing’ dengan kemajuan teknologi saat ini dan perkembangannya..
bagaimana menurut Bpk marketing online dan konvensional bersaing untuk mendapatkan pasar dan pembeli..?dgn maksimal
Keduanya tak perlu dipersaingkan, karena marketing yang sesungguhnya haruslah terintegrasi antara online dan offline