yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

New Wave Marketing

by yuswohady October 8, 2008
October 8, 2008

Tangga 11 Desember nanti MarkPlus Inc. kantor saya punya gawe besar. Gawe besar itu adalah MarkPlus Conference 09, sebuah konferensi marketing yang menjadi ajang berkumpulnya ribuan marketer dari seluruh pelosok negeri. Hajatan besar ini memang rutin dilakukan tiap tahun, namun tahun ini punya makna khusus, pertama karena berobsesi memecahkan rekor peserta yang diharapkan akan mencapai 4000 marketer: “Size does matter!” Harus diingat, event seakbar Global Brand Forum di Singapura pesetanya tak mencapai 2000 orang. Kedua, topik yang diangkat di MarkPlus Conference kali ini merupakan tema yang fresh dan kini sedang menjadi diskurus marketer di seluruh dunia, yaitu apa yang kami sebut New Wave Marketing.

Apa itu New Wave Marketing? New Wave Marketing sesungguhnya merupakan dekonstruksi terhadap pendekatan marketing tradisional yang bersifat “vertikal”. Pendekatan vertikal yang saya maksud adalah pendekatan pemasaran yang menggunakan media massal seperti seperti TV, Radio, Koran, dan sebagainya; arahnya one-way sehingga tidak memungkinkan terjadinya interaksi intens antara brand dengan konsumen; dan sifatnya “one-to-many” sehingga tidak bisa fokus . Dalam pendekatan ini konsumen menjadi semacam “obyek penderita” yang dijadikan target market oleh si marketer.

Selama bertahun-tahun sejak media-media massal itu ditemukan, memang pendekatan vertikal ini ampuh menarik dan mempengaruhi pelanggan. Iklan di RCTI atau SCTV, iklan di Kompas, atau iklan di Trijaya terbukti ampuh mendongkrak penjualan dalam waktu yang singkat. Namun apa yang terjadi, beberapa tahun terakhir media-media massal ini mulai dirasakan kelemahan mendasarnya.

Pertama, muncul fenomena yang namanya “media cluttered” yaitu kondisi di mana konsumen sudah overloaded menerima pesan-pesan iklan dari produsen. Kalau konsumen overloaded menerima pesan iklan, maka tentu saja kemampuan iklan dalam membangun awareness dan mempengaruhi konsumen juga semakin loyo. Kedua, pendekatan vertikal melalui media massal ini berbiaya mahal di satu sisi, tapi sekaligus juga semakin tidak efektif karena tidak bisa menjangkaui konsumen secara tepat karena sifatnya yang massal. Jadi, sudah mahal, efektifitasnya payah, alias ”high budget low impact”.

Karena kelemahan mendasar ini sampai-sampai guru positioning, Al Ries, menyebut secara ekstrim sekitar lima tahun lalu bahwa pendekatan pemasaran vertikal ini telah mati. ”The Death of  Advertising, The Rise of PR,” begitu pernyataan bombastisnya. Kalau Al Ries sudah mengingatkan cacat kronis dari pemasaran horisontal sejak lima tahunan lalu, kenapa pendekatan pemasaran yang lebih bersifat horisontal tidak serta-merta lahir lima tahun lalu?

Problemnya adalah, karena tools dan media yang menjadi enabler untuk menjalankan pendekatan pemasaran horisontal ini belum kunjung hadir. Baru beberapa tahun terakhir, dengan munculnya media-media baru seperti internet forum, message boards, blog, wikis, podcast, picture-sharing, vlogs, instant messaging, music-sharing, crowdsourcing, pendekatan horisontal ini mulai bisa dijalankan oleh marketer. Tools dan media-media baru itu memungkinkan konsumen bisa berinteraksi secara secara intens, membentuk komunitas, mengekspresikan aspirasinya, bisa curhat dan berkeluh-kesah,

Ambil contoh gampang blog. Dengan blog kita bisa menulis ide apapun yang berseliweran di kepala kita. Setelah ide ditulis, kita juga bisa mengajak teman-teman untuk untuk aktif berpartisipasi dengan berdiskusi atau sekedar ngobrol, memberikan komentar, menuangkan ide, atau memberi tanggapan. Itu berbeda dengan website yang dulu kita kenal sebatas tempat mencari informasi. Contoh lain adalah social media seperti YouTube, Flickr, Facebook, MySpace, Second Life, juga Yahoogroups dan Friendster yang memungkinkan konsumen bisa berinteraksi dan berkomunitas secara intens.

Dengan berkembangnya media-media baru berbasis internet tersebut, dunia pemasaran memasuki era baru yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Kenapa? Karena melalui media baru tersebut marketer akan dapat mempengaruhi konsumen, membangun komunitas pelanggan, menciptakan loyalitas, mengembangkan interaksi dan dialog dengan konsumen, melakukan riset untuk mengetahui perilaku konsumen, atau mengembangkan produk baru dengan pendekatan yang bersifat horisontal.

Dengan munculnya enabler tersebut maka serta-merta New Wave Marketing pun lahir. Berbeda dengan pendekatan marketing tradisional (kami menyebutnya: ”legacy”, sebagai lawan dari ”new wave”), pendekatan pemasaran baru ini bersiafat horisontal; arahnya two-way dan sangat interaktif; bersifat ”many-to-many” karena interaksi terjadi di dalam komunitas; dan yang paling penting berbiaya rendah tapi sangat efektif alias ”low budget high impact”.

New Wave Marketing adalah dunia baru yang begitu indah bagi para marketer. It’s a whole new world. Ia adalah lahan baru yang maha luas potensinya. Ia merupakan blue ocean area yang masih perawan untuk Anda ekplorasi. Tinggal sepenuhnya tergantung Anda, apakah bisa dan mau adaptif untuk mengadopsinya, atau statis saja terus menggunakan pendakatan pemasaran tradisional yang telah usang. ”Change or die!!!” kata banyak pakar.

Related posts:

  1. “Low Budget High Impact” Marketing
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Great Marketers Are Liar!!!
next post
Seth Godin’s New Book: “Tribes”

Baca Juga

Laskar Pelangi, Laskar Franchisee

October 17, 2008

Waralaba dan Brand Building

August 13, 2008

11 comments

muflih July 11, 2010 - 10:38 am

saya punya tugas kuliah bedah buku yg kebetulan judulnya adalh new wave marketing. Sebetulnya saya sdh cukp mengerti apa maksudnya. tapi pusing juga ngebedahnya,,

Reply
akmal July 13, 2010 - 2:19 am

yeah….itu menuntut prubahan krn jika tdk arus yg akan mnlan kita…

Reply
yuswohady August 14, 2010 - 1:11 am

Ayo dibedah bareng-bareng… hehehe

Reply
Ali Yoga October 26, 2010 - 12:15 am

media sosial itu tools berbagi pesan pemasaran/promosi bukan konsep pemasaran — karena banyak bukti bukan low budget hight imfact tetapi low budget no selling

Selling nya nggak kayak jualan hard-sell konvensional mas. Marketing melalui komunitas dan social media membutuhkan effort terus-menerus dan sifatnya memfasilitasi, bukan direct hardsell. Karena itu pendekatannya memang lain. Jualan terbentuk dari upaya engagement dan interaction dengan konsumen yang dilakukan secara berkelanjutan. jadi ringkasnya: marketing melalui social media merupakan upaya long-term facilitation to build customer advocacy, not just short-term (“one-shot”) hardsell.

Reply
yuswohady October 26, 2010 - 6:14 pm

Selling nya nggak kayak jualan hard-sell konvensional mas. Marketing melalui komunitas dan social media membutuhkan effort terus-menerus dan sifatnya memfasilitasi, bukan direct hardsell. Karena itu pendekatannya memang lain. Jualan terbentuk dari upaya engagement dan interaction dengan konsumen yang dilakukan secara berkelanjutan. jadi ringkasnya: marketing melalui social media merupakan upaya long-term facilitation to build customer advocacy, not just short-term (“one-shot”) hardsell.

Reply
Titus Permadi March 20, 2011 - 11:00 am

Tanya.
Sistem atau tools apa saja yang musti dimiliki oleh perusahaan yang ingin mengaplikasikan konsep new wave marketing sepenuhnya?

Thanks untuk pencerahannya

Reply
amry April 12, 2011 - 3:18 am

saya juga dapet tugas ne tentang new wave marketing,…
dimana tugas saya menanyakan kelebihan dan kelemahannya,..
kira-kira kelemahannya apa ya,..mksud saya kelemahan dari segi new wave nya,…
thanks

Kelemahannya bersifat horizontal, sehingga konsumen sangat powerful, sulit dikontrol. Viral melalui socmed sulit dibendung dampak negatifnya. Word of mouth punya dua sisi mata pedang: kalau positive WOM akan bagus untuk brand; tapi kalau negative WOM dampaknya tak terkendalikan oleh brand. sementara brand dipaksa untuk open dan transparan ke konsumen.

Reply
gugung gumilar May 11, 2011 - 11:26 am

slamat malam pak yuswohady, saya mahasiswa enhai semester 6, saya pernah mengikuti seminar bapak tentang CROWD dkampus saya pak, pak untuk skripsi saya saya mengambil judul “PERILAKU KONSUMEN TERHADAP WEB MARKETING” bagaimana menurut bapak apa permasalahan yang bisa saya kemukakan pak?terimakasih pak

Reply
yuswohady May 16, 2011 - 8:07 am

Banyak aspek yang bisa dilihat mas, misalnya dari sisi privacy, permission marketing, perilaku komunitas online, perilaku dalam penyebaran word of mouth, kesediaan konsumen menjadi evangelist bagi merek, dan sebagainya. Coba telusuri riset-riset sejenis dengan googling lalu temukan angle yang tepat untuk mnejadi bahan topik skripsi mas.

Reply
pasarpetani December 10, 2011 - 4:14 am

bagus sekali tulisannya pak,. ^^

Reply
ary January 17, 2013 - 10:54 pm

saya baru memulai dan merintis online marketing..semoga tulisan bpk memberi inspirasi dan sy tertarik untuk mnyimak ‘new wave marketing’ dengan kemajuan teknologi saat ini dan perkembangannya..
bagaimana menurut Bpk marketing online dan konvensional bersaing untuk mendapatkan pasar dan pembeli..?dgn maksimal

Keduanya tak perlu dipersaingkan, karena marketing yang sesungguhnya haruslah terintegrasi antara online dan offline

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top